Senin, 15 Februari 2010

Mengapa Susah Bertaubat

-->Bismillaahirrohmaanirrohiim Secara bahasa, taubat itu berarti kembali. Yang jadi pertanyaan adalah kembali yang bagaimana? Yaitu kembali kepada fitrah. Ingatlah bahwa kita itu dilahirkan dalam keadaan suci, kalau dengan berjalannya waktu itu kita menjadi tidak suci lagi, maka kembali kepada status kedaan asal kita itu, yaitu suci, adalah suatu keharusan bagi kita karena kesucian kita itu menjadi syarat utama untuk diterima kembali oleh yang Maha Suci. Padahal kita tidak tahu pasti kapan kita akan mati.
Mati itu selalu pantas kapan datangnya dan kepada siapanya. Mati waktu sore pantas, mati waktu malam pantas, mati waktu pagi pantas, waktu siang juga pantas. Mati datang kepada yang muda pantas, mati datang kepada yang setengah baya pantas, mati

datang kepada yang tua juga pantas. Mati datang kepada yang laki-laki pantas, mati datang kepada yang perempuan pantas. Mati datang kepada yang kaya pantas, mati datang kepada yang miskin pantas, mati datang kepada yang sehat pantas, mati datang kepada yang sakit juga pantas
Tidak ada orang yang meragukan lagi bahwa mati adalah sesuatu yang pasti datang menjemputnya, namun berapa banyak yang tidak mempersiapkannya? Mengapa banyak manusia yang lalai dari sesuatu yang pasti ini? Karena semenjak kecil, kebanyakan orang itu lebih banyak mempreoritaskan tumbuhnya fisiknya. Semestinya harus berimbang dengan menumbuhkan rohani kita. Mengapa? Sebab kalau yang dominan berkembang fisiknya, maka yang paling dominan berkembang adalah naluri hewani kita.
Naluri hewani itu mempunyai kecenderungan hanya akan mencari kesenangan-kesenangan sesaat, yang sementara sifatnya. Seperti anak kecil yang kalau ingin makan sesuatu, maka yang ada di benaknya adalah yang penting ia senang pada sesuatu itu, tidak terlintas di benaknya apakah sesuatu itu akan membahayakan dirinya atau tidak, meskipun sudah diberitahu pun, ia masih saja tidak peduli. Bahkan kalau ia dilarang memakannya, ia akan menangis. Akalnya kalah dengan rasa senangnya terhadap sesuatu itu. Misalnya ketika ia sedang pilek, lalu ia melihat ada temannya yang makan es, maka ia akan minta es, kalau ia diberitahu bahwa makan es itu akan menambah sakit pileknya, ia tidak mau tahu. Dan kalau kita melarangnya makan es, maka ia akan menangis. Ini berbeda dengan orang yang bijaksana, yang berpengalaman setiap kali makan es, ia akan terkena sakit pilek, maka ketika ada es yang dapat ia makan, ia tetap tidak akan makan es, meskipun es itu nampak sangat enak rasanya.
Begitu pula dengan kita yang katanya sudah dewasa ini, kalau yang berkembang lebih dominan aspek fisiknya. Kalau diberitahu supaya segera berbuat baik sebelum keburu mati. Kita tidak mempedulikan nasehat itu, kalau pun mempedulikan ya hanya sesaat itu saja, seolah-olah kita itu masih akan hidup seribu tahun lagi, lalu kembali menunda-nunda berbuat baik lagi.
Dominan berkembangnya fisik kita itu juga akan membuat kita menjadi mudah tersinggung oleh hal-hal kecil. Contohnya, barang milik kita yang telah rusak dan tidak kita gunakan lagi ketika barang itu diambil orang tanpa permisi kepada kita lebih dulu, kita akan marah. “Barang masih digunakan kok dimbil”, “Enak saja ambil, dikiranya aku dulu nggak beli apa?”. Padahal barang tersebut sudah beberapa tahun kita biarkan tak terawat dan kalau barang itu diambil sebenarnya justru akan menambah kenyamanan di rumah kita. Yang logikanya kita harus berterima kasih karena ada orang yang membersihkan, tapi nyatanya kok dengan diambilnya barang itu, kita merasa diinjak harga diri kita. Lucu ya. Ada apa sebenarnya dengan kita ini? Kadang kita menjadi pangkling dengan diri kita sendiri.
Bagaimana menumbuhkan ruhani kita? Ada beberapa cara di bawah ini, dan carilah yang cocok dengan kondisi kita. Yang mana yang memungkinkan bagi kita dan yan mana yang coko bagi kita.
1. Sering-seringlah ke kuburan, tapi jangan untuk mencari nomor togel. Niatkanlah ketika ke kuburan itu supaya kita mudah mengingat mati dan mempersiapkan bekalnya.
2. Bergaullah dengan orang-orang soleh. Karena dengan bergaul atau berkumpul dengan mereka itu, akan mendorong kita berbuat baik dan akan membuat kita menjadi malu kalau mau melakukan maksiat.
3. Bacalah buka-buku atau artikel-artikel tentang tasawuf dan tafsir Al Qur’an. Karena dengan membacanya, kita akan dapat bercermin seperti apa sebenarnya diri kita itu?
4. Masing-masing pilihan di antara tiga pilihan itu tambahkanlah dengan doa mohon supaya dimudahkan untuk bertaubat, mohon diberi kekuatan untuk beristiqomah dalam taubatnya.
Demikian semoga dengan uraian sederhana ini, kita diberi kemudahan untuk bertaubat dan diberi kekuatan untuk istiqomah dalam taubatnya. Amien ya robbal ‘alamien.
Salam Sukses Bahagia
By Nur Muhid


Ingin Umroh??? Ada kendala biaya???? Mau kerja  sampingan????
Silakan kontak 0852 258 5657

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda