Bagaimana Meminimalisir Rasa Kecewa (1)
Bismillaahir rohmaanir rohiim
Supaya wise / bijak
dalam mengadili suatu perkara, maka syarat utamanya adalah harus mengetahui
penyebab masalah itu. Semakin rinci dan detil tahu penyebab masalah, ia akan
semakin bijak dalm memutuskan perkaranya. Oleh karena itu, Sebelum membahas
bagaimana meminimalisir rasa kecewa. Ada baiknya kita mengetahui apa saja yang
menjadi sumber dari rasa kekecewaan itu. Agar dengan modal pengetahuan itu kita
dapat mengambil tindakan yang paling tepat dalam mengatasi atau meminimalisisr
rasa kekecewaan itu.
Sumber-sumber
rasa kecewa berikut cara meminimalisirnya itu antara lain;
1.
Keinginan supaya orang lain bertindak seperti
apa yang diinginkannya. Padahal ia bukan pemimpin yang memberi suritauladan
yang baik. Setiap orang mempunyai kehendak bebas, yang bila diintervensi orang
lain, ia akan merasa dirampas haknya. Dengan demikian tidaklah akan kuat
sesorang yang hidup dalam keadaan selalu dirampas hak-haknya. Untuk lima atau
sepuluh kali mungkin ada orang yang bisa tahan, namun tidak akan tahan untuk
selalu dalam dirampas hak-haknya kecuali amat sedikit, itu pun kalau ada.
Solusinya;
-
Berilah suritauladan terhadap apa-apa yang
diinginkannya.
-
Berilah penjelasan tentang keuntungan dari
melakukan apa yang diinginkan itu dengan
tulus
2.
Keinginan agar setiap apa yang diusahakannya
mencapai sukses. Padahal orang yang sudah banyak / cukup ilmunya saja sering
menemui kegagalan. Apalagi bagi orang yang tidak memadai ilmunya.
3.
Keiinginan agar selalu didukung oleh
faktor-faktor eksternal. Mau usaha ada yang memberi modal, ada yang memberi
ilmu, ada yang siap magang tanpa gaji, usahanya langsung diminati pasar,
berkembang dengan pesat, banyak yang datang ingin menjadi agen/ cabangnya. Mau
pintar ada yang mengajari. Mau makan ada yang mentraktir. Mau pergi ada yang
membelikan tiket. Jenis-jenis yang mendukung dari factor eksternal seperti itu
bisa jadi memang ada, namun hal itu tidak terjadi secara terus menerus. Hanya
sesekali saja terjadi. Jadi berharap selalu ada factor eksternal yang selalu
mendukung itu sama dengan mimpi !
4.
Keinginan supaya cepat kaya dengan menempuh
jalan pintas. Mengikuti program-program yang muluk-muluk, manis, mudah, instan,
enak dan yang semacamnya adalah contohnya. Di antara yang mendapat apa yang
dijanjikan dalam program itu dengan yang tidak mendapat, perbandingannya 1 per
sekian juta. Tapi betapa banyak di antara masyarakat yang telah membuat
perangkap kekecewaan dan memasangnya untuk menjebloskan dirinya sendiri dalam
lubang kekecewaan.
5.
Keinginan agar seluruh orang yang pernah
dibantunya membalas kebaikan kepadanya. Padahal orang tidak tahu keadaan batin
orang-orang pernah dibantunya. Mungkin ketika orang yang pernah dibantunya itu
bertemu, ia malah pura-pura tidak melihat, bisa jadi karena ia sedang tidak
punya apa-apa yang dapat diberikan untuk membalas kebaikannya. Atau kalau pun
punya, itu pun baru sedikit, sehingga dengan mempertimbangkan bahwa itu belum
pantas diberikan untuk membalas kebaikannya. Demi rasa malu menanggung beban
belum bisa membalas itulah ia bersikap seolah-olah tidak tahu kepada orang yang
pernah membantunya.
6.
Keinginan agar orang lain sebaik dirinya; jujur,
amanah, pengertian, ramah, pemurah, disiplin dan sebagainya. Orang dilahirkan
di lingkungan keluarga yang berbeda, di kultur yang berbeda, dididik oleh orang
yang berbeda. Prinsip yang dipegang berbeda. Dan seabrek perbedaan alami yang
menjadikan orang mempunyai karakter yang berbeda-beda pula.
7.
Keinginan agar mendapat pujian dari apa yang
dilakukannya, dipakainya atau yang dibawanya. Kekecewaan jenis ini akan banyak
dialami terutama oleh orang yang sudah mulai membaik hatinya, mulai belajar
ikhlas atau yang sedang dalam proses nyata mendekat pada Alloh.
8.
Keinginan agar Tuhan selalu ada pada pihaknya.
Kalau ada orang yang menyinggung perasaannya, ia berharap Tuhan menghukumnya.
Dan tidak tanggung-tanggung ia berharap agar Tuhan menjatuhkan hukuman pada
orang yang menyinggungnya itu seperti apa yang ia inginkan! Tuhan dijadikan
bodyguard-nya! Ini sama dengan memposisikan Tuhan secara tidak proporsional.
Malah-malah Tuhan sendiri yang akan menghukum orang yang memperlakukan Tuhan
secara tidak hormat itu.
9.
Keinginan supaya setiap orang menyenangi dirinya.
Padahal akhlak/moralnya belum baik. Orang yang sudah baik moralnya saja masih
ada yang ga suka , apa lagi yang belum baik betul sisi moralnya. Bila keinginan
ini tetap dipaksakan, maka hasilnya pasti banyak kekecewaan. Kenapa? Karena hal
ini adalah hal yang mustahil terwujud. Bukankah perasaan orang lain itu di luar
kendali kita?
Demikian semoga bermanfaat.
Salam Sukses Bahagia
Ingin
Umroh?? Ada Kendala Biaya??? Mau kerja
sampingan??
Silakan kontak 0852
2580 5657
Label: bijak, eksternal, faktor, hidup, hormat, instan, jujur, modal, pemimpin, program, proporsional, ramah, rasa, suritauladan
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda