Senin, 17 Desember 2012

Bagaimana Meminimalisir Rasa Kecewa (1)

Bismillaahir rohmaanir rohiim
Supaya wise / bijak dalam mengadili suatu perkara, maka syarat utamanya adalah harus mengetahui penyebab masalah itu. Semakin rinci dan detil tahu penyebab masalah, ia akan semakin bijak dalm memutuskan perkaranya. Oleh karena itu, Sebelum membahas bagaimana meminimalisir rasa kecewa. Ada baiknya kita mengetahui apa saja yang menjadi sumber dari rasa kekecewaan itu. Agar dengan modal pengetahuan itu kita dapat mengambil tindakan yang paling tepat dalam mengatasi atau meminimalisisr rasa kekecewaan itu.
Sumber-sumber rasa kecewa berikut cara meminimalisirnya itu antara lain;


1.       Keinginan supaya orang lain bertindak seperti apa yang diinginkannya. Padahal ia bukan pemimpin yang memberi suritauladan yang baik. Setiap orang mempunyai kehendak bebas, yang bila diintervensi orang lain, ia akan merasa dirampas haknya. Dengan demikian tidaklah akan kuat sesorang yang hidup dalam keadaan selalu dirampas hak-haknya. Untuk lima atau sepuluh kali mungkin ada orang yang bisa tahan, namun tidak akan tahan untuk selalu dalam dirampas hak-haknya kecuali amat sedikit, itu pun kalau ada.
Solusinya;
-          Berilah suritauladan terhadap apa-apa yang diinginkannya.
-          Berilah penjelasan tentang keuntungan dari melakukan apa yang diinginkan itu  dengan tulus
2.       Keinginan agar setiap apa yang diusahakannya mencapai sukses. Padahal orang yang sudah banyak / cukup ilmunya saja sering menemui kegagalan. Apalagi bagi orang yang tidak memadai ilmunya.
3.       Keiinginan agar selalu didukung oleh faktor-faktor eksternal. Mau usaha ada yang memberi modal, ada yang memberi ilmu, ada yang siap magang tanpa gaji, usahanya langsung diminati pasar, berkembang dengan pesat, banyak yang datang ingin menjadi agen/ cabangnya. Mau pintar ada yang mengajari. Mau makan ada yang mentraktir. Mau pergi ada yang membelikan tiket. Jenis-jenis yang mendukung dari factor eksternal seperti itu bisa jadi memang ada, namun hal itu tidak terjadi secara terus menerus. Hanya sesekali saja terjadi. Jadi berharap selalu ada factor eksternal yang selalu mendukung itu sama dengan mimpi !
4.       Keinginan supaya cepat kaya dengan menempuh jalan pintas. Mengikuti program-program yang muluk-muluk, manis, mudah, instan, enak dan yang semacamnya adalah contohnya. Di antara yang mendapat apa yang dijanjikan dalam program itu dengan yang tidak mendapat, perbandingannya 1 per sekian juta. Tapi betapa banyak di antara masyarakat yang telah membuat perangkap kekecewaan dan memasangnya untuk menjebloskan dirinya sendiri dalam lubang kekecewaan.
5.       Keinginan agar seluruh orang yang pernah dibantunya membalas kebaikan kepadanya. Padahal orang tidak tahu keadaan batin orang-orang pernah dibantunya. Mungkin ketika orang yang pernah dibantunya itu bertemu, ia malah pura-pura tidak melihat, bisa jadi karena ia sedang tidak punya apa-apa yang dapat diberikan untuk membalas kebaikannya. Atau kalau pun punya, itu pun baru sedikit, sehingga dengan mempertimbangkan bahwa itu belum pantas diberikan untuk membalas kebaikannya. Demi rasa malu menanggung beban belum bisa membalas itulah ia bersikap seolah-olah tidak tahu kepada orang yang pernah membantunya.
6.       Keinginan agar orang lain sebaik dirinya; jujur, amanah, pengertian, ramah, pemurah, disiplin dan sebagainya. Orang dilahirkan di lingkungan keluarga yang berbeda, di kultur yang berbeda, dididik oleh orang yang berbeda. Prinsip yang dipegang berbeda. Dan seabrek perbedaan alami yang menjadikan orang mempunyai karakter yang berbeda-beda pula.
7.       Keinginan agar mendapat pujian dari apa yang dilakukannya, dipakainya atau yang dibawanya. Kekecewaan jenis ini akan banyak dialami terutama oleh orang yang sudah mulai membaik hatinya, mulai belajar ikhlas atau yang sedang dalam proses nyata mendekat pada Alloh.
8.       Keinginan agar Tuhan selalu ada pada pihaknya. Kalau ada orang yang menyinggung perasaannya, ia berharap Tuhan menghukumnya. Dan tidak tanggung-tanggung ia berharap agar Tuhan menjatuhkan hukuman pada orang yang menyinggungnya itu seperti apa yang ia inginkan! Tuhan dijadikan bodyguard-nya! Ini sama dengan memposisikan Tuhan secara tidak proporsional. Malah-malah Tuhan sendiri yang akan menghukum orang yang memperlakukan Tuhan secara tidak hormat itu.
9.       Keinginan supaya setiap orang menyenangi dirinya. Padahal akhlak/moralnya belum baik. Orang yang sudah baik moralnya saja masih ada yang ga suka , apa lagi yang belum baik betul sisi moralnya. Bila keinginan ini tetap dipaksakan, maka hasilnya pasti banyak kekecewaan. Kenapa? Karena hal ini adalah hal yang mustahil terwujud. Bukankah perasaan orang lain itu di luar kendali kita?
Demikian semoga bermanfaat.
Salam Sukses Bahagia


Ingin Umroh?? Ada Kendala Biaya??? Mau kerja  sampingan??
Silakan kontak  0852 2580 5657

Label: , , , , , , , , , , , , ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda