Jumat, 12 Maret 2010

Khusyuk Dalam Beramal

Bismillaahirrohmaanirrohiim
Imam Ghozali memberikan gambaran bahwa amal ibadah itu ibarat memberi hadiah kepada seseorang yang terhormat. Pada umumnya dan seharusnya kalau memberi hadiah kepada orang yang terhormat itu ya berupa sesuatu yang berharga atau yang baik. Mengapa demikian? Sebab, selera orang terhormat itu tinggi dan apa-apa yang telah dipunyai olehnya itu adalah barang yang bagus-bagus serta mampu membeli barang yang mahal, sehingga wajar bila ia tidak atau kurang berkenan menerima hadiah yang biasa-biasa saja apalagi kalau yang buruk dan murahan.
Perlu diingat bahwa tujuan dari memberi hadiah itu adalah supaya yang diberi hadiah itu senang pada hadiah tersebut, yang dengan senangnya pada hadiah itu, akan membuat yang diberi hadiah menjadi senang juga kepada orang yang memberi hadiah. Dengan kata lain tujuan memberi hadiah adalah supaya terwujud adanya kedekatan secara emosional


antara si pemberi dan penerima hadiah. Jadi, jika kita memberi hadiah kepada seseorang, namun orang yang kita beri itu kurang/tidak berkenan dengan hadiah itu, maka menjadi percuma saja pemberian hadiah tersebut. Karena tujuan dari memberi hadiah itu tidak tercapai.
Salat yang kita lakukan setiap hari itu adalah bentuk hadiah yang kita persembahkan kepada Allah. Hadiah itu kita persembahkan supaya kita menjadi lebih dekat kepada Allah. Bila kita sudah memberi hadiah setiap hari tapi rasa kedekatan kita kepada Allah kok tidak bertambah, masih mudah tersinggung, mudah marah, suka memaksakan kehendak, riya dalam beramal, sombong, gila hormat, mudah mengeluh, dusta dan lainnya, maka kita perlu introspeksi pada salat kita. Jangan-jangan hadiah yang kita persembahkan itu termasuk kategori yang buruk dan murahan atau salah cara menyampaikannya, sebab dalam kita melakukan salat itu masih sebatas hanya fisik yang menghadap Allah, tapi hati dan pikiran kita masih mengembara ke mana-mana.
Bisa diibaratkan bahwa melakukan salat yang tidak khusyuk itu seperti memberi hadiah kepada presdien dengan cara memalingkan mukanya ke tempat lain seperti ada kesan bahwa ia tidak sudi melihat wajah beliau. Tentu saja, sebaik apa pun hadiah yang dipersembahkan, bila cara menyampaikannya tidak dengan hormat seperti itu, maka beliau tidak akan berkenan menerimanya. Sebab beliau mempunyai harga diri dan mampu membeli barang yang lebih baik daripada barang yang dihadiahkannya itu.
Ingatlah hadits nabi yang menyatakan bahwa “Berapa banyak dari orang yang menjalankan salat, mereka tidak mendapat apa-apa dari salatnya kecuali kepayahan”
“Berapa banyak dari orang yang berpuasa, mereka tidak mendapat apa-apa dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga”
Jadi, amal ibadah yang kita lakukan itu sebaiknya benar secara syariat dan benar juga secara hakekat atau betul secara fiqih dan betul juga secara tasawuf atau benar secara lahir dan benar juga secara batin. Betul secara syariat itu ibarat bentuk bendanya yang bagus nan indah, betul secara hakekat itu ibarat cara menyampaikan yang sopan nan santun. Sehingga dengan demikian dapat diharapkan bahwa hadiah-hadiah yang kita persembahkan itu akan diterima Allah, lalu Allah pun berkenan menaruh perhatian yang lebih kepada kita sehingga terjalin hubungan emosional yang akrab, hubungan cinta yang mesra.
Demikian ulasan sederhana ini, semoga bermanfaat bagi kita semua dan semoga kita senantiasa diberi kekuatan dan pertolongan oleh Allah supaya kita dapat beramal dengan benar secara lahir dan batin, sehingga amal ibadah kita dapat membuat Allah berkenan menerimanya, lalu Allah berkenan mencintai kita dengan cinta yang mesra. Amien ya robbal ‘alamien
Salam Sukses Bahagia
By Nur Muhid


Ingin Umroh??? Ada kendala biaya???? Mau kerja  sampingan????
Silakan kontak 0852 2580 5657

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda