IKHLAS: Membersihkan Hati dalam Mengabdi
Bismillahir rohmaanir rohiim
Ikhlas merupakan
rukun terpenting dari semua perbuatan hati. Karena menjadi dasar terbangunnya
semua bentuk ibadah.
Rosulullob bersabda
:
Alloh tidak akan menerima amal
perbuatan kecuali yang murni untuk-Nya dan mencapai ridlo-Nya.
Ihklas artinya suci
dari pamprih atau tulus hati.Orang yang ihklas adalah orang yang membersihkan
hatinya dari segala sesuatu selain Allah,yakni meninggalkan riya’ dalam
beramal. Pernah suatu hari Nabi Isa a.s ditanya oleh sahabatnya,
kaum Hawariyyun,
Apakah amal yang ihklas itu? Beliau menjawab, ialah amal yang diperbuat
semata-mata demi Allah, tidak suka dipuji orang lain sehubungan amal itu.” Imam
Ghozali dalam salah satu statemennya menyatakan : Tanda ke-ikhlasan seseorang
adalah manakalah suasana hatinya di saat ia beramal di tempat yang sunyi tiada
berbeda dengan suasana di saat ia beramal di tempat yang ramai. Kehadiran orang
lain sebagaimana kehadiran binatang, tidak punya pengaruh sama sekali terhadap
keadaan batinnya. Jika sampai suasana sepi dan ramai masih mewarnai kedaan
batinnya pada saat ia beramal, berarti ia masih berada di luar kejernihan
ikhlas ini.
Bagi
kebanyakan orang sufi pengertian semata-mata demi Alloh dipahami, bahwa ihklas adalah semua amal
perbuatan, akal pikiran dan niat seseorang yang ditujukan hanya kepada Allah.
Bagi mereka ihklas diartikan sebagai sikap seorang yang sudah tidak
memperdulikan balasan pahala terhadap amal yang dilakukannya, baik di dunia
maupun di akhirat. Sebab menurut kalangan mereka, barang siapa yang menyembah
Allah dengan tujuan untuk mendapatkan kesenangan indrawi dan materi di
dunianya, berarti ia tidak ihklas. Karena orang yang ihklas setiap berbuat
sesuatu tentu hanya untuk mendapatkan ridha Allah.Yang dicari dan yang
dirindukan adalah keridhaan-Nya semata. Itulah sebabnya orang-orang sufi
menilai maqam ihklas ini sebagai maqam yang sudah mendekati maqam
makrifat, yang menjadi tujuan akhir dari pengembaraan batiniyah para
wali Allah. Karena itu pula mereka menjadikan maqam ini sebagai suatu tahapan
yang harus dilalui oleh Sholihin yang tengah berada dalam perjalanan kepada
Allah.
Ihklas
merupakan pengalaman yang memperlihatkan kedekatan hubungan seseorang dengan
Allah Swt. Dalam hal ini, seorang ulama ternama Ibnu Al Nafazi menyatakan,
bahwa keiklasan seseorang dalam beramal dapat bertingkat-tingkat sesuai
kedekatannya dengan Allah.Dua diantaranya adalah tingkat ihklas kelompok
al-Abrar dan kelompok Muqorrobin.
Pertama,
ihklas yang ada pada kelompok al Abrar (orang-orang yang baik) ialah maqam
ihklas yang betul-betul sudah terbebas dari sifat-sifat riya’. Mereka
benar-benar ihklas, tidak mengharapkan kedudukan atau kelebihan dalam harta,
juga tidak mengejar kemasyhuran dan kehormatan ataupun kebanggaan keduniaan.
Mereka telah mampu membersihkan amalnya semata-mata, dari rasa ujub, riya’ dan
takabur sehingga didalam menjalankan amal nya semata-mata karena Allah. Mereka
sangat pandai merahasiakn amal perbuatannya. Hal ini sejalan dengan hadits yang
diriwayatkan Abu Dzar, beliau bertanya kepada Rosululloh, Apakah Ikhlas itu
? Rosululloh menjawab, sebentar akan ku
tanyakan kepada Jibril. Namun pada saatnya, Jibril pun tidak bisa menjawab
hingga ia bertanya kepada Mikail. Lalu Mikail bertanya kepada Alloh dan
dijawabnya :
“Ikhlas adalah
salah satu rahasia dari beberapa rahasia-Ku yang Aku letakkan di hati seseorang
yang Aku kehendaki dari hamba-hambaKu”.
Sungguh,
amal mereka bersih dari nafsu untuk meraih pujian masyarakat, karena semua amal
kebaikan yang dilakukan semata-mata untuk mencapai tujuan pengabdian kepada
Allah Swt. Namun demikian kelompok muhklis tingkat pertama ini tetap punya
pamprih,yaitu mengharap pahala dari Allah dan mengharap dijauhkan dari api
neraka.
Tingkat
kedua,adalah ihklas yang miliki oleh kelompok Al Muqorrobin, yakni orang-orang
yang senantiasa mendekatkan diri pada Allah. Sikap ihklas kelompok ini telah
jauh melampaui keihlasan kelompok al Abrar tadi. Mereka benar-benar beramal
tanpa pamprih apa pun, tetapi semata-mata karena Allah. Mereka bertekat bahwa
amalnya itu tiada lain adalah sebagai peryataan syukur kepada Allah dan taat
kepada perintah-Nya. Sehingga keihlasan yang hanya dimiliki oleh golongan
Arifin ini, sudah tidak punya pamprih apa-apa lagi. Amal ibadah mereka bukan
untuk mengharap pahala atau supaya dijauhkan dari siksaan neraka. Karena
menurut mereka orang yang beramal dengan tujuan supaya mendapat pahala dan
keberuntungan, baik menyangkut urusan dunia maupun akhirat, berarti dalam
posisi kehambaannya ia telah berlaku kurang santun terhadap Allah, dan jelas
mengurangi ketulus ikhlasannya.
Keikhlasan
merupakan penjernih amal dari setiap kotoran. Ini artinya bila amal kita
dilandasi dengan keikhlasan, maka amal kita akan menjadi jernih. Dan bila amal
kita jernih, tak ubahnya seperti air yang segar dan menyehatkan, yang pada
gilirannya amal-amal tersebut akan menjadi sumber kebaikan dan kesejukan,
Smoga!
Oleh; Team
Ad-Dhuha.
Salam Sukses Bahagia
Ingin Umroh???? Ada kendala biaya??? Mau kerja sampingan???
Silakan
kontak 0852 2580 5657
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda