Selasa, 11 Oktober 2022

Adz Dzariyat 56

Wamaa kholaqtul jinna wal innsa illaa liya`buduun Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali supaya beribadah kepada-Ku. Adalah Jalaludin Romi, seorang sastrawan kondang yang mencoba memahamkan bagaimana maksud ayat ini, yaitu bagaimana manusia dapat beribadah kepada Alloh dalam kehidupan sehari-hari dengan mengarang sebuah cerita pendek yang ringan dan terkesan kocak. Ceritanya begini; Ada seorang pengusaha sepatu yang sukses bernama Zaid, usianya 40 tahunan, pada suatu malam ia iseng bikin roti dan teh sendiri, setelah masakannya kelar, ia bawa roti dan tehnya untuk dinikmati di ruang tengah. Dilihatnya burung perkutut di sangkarnya belum tidur, dia iseng menggerak-gerakan jarinya mengarah ke burung itu “cetet cetet”. Burung pun manggung/ berbunyi ‘ketukur ketukur kok, ketukur ketukur kok”. Dia tersenyum bangga melihat cepetnya burung itu meresponnya. Kemudian dia duduk untuk makan roti sambil menikmati suara burung itu. Habis sudah rotinya dia makan tapi burung masih tetap manggung terus. “Mau ada apa ya? Kok tumben berkicau sampai lama sekali. Padahal sudah larut malam” Gumamnya dalam hati. Terpikirlah olehnya tentang dirinyadi masa lalu. Dulu ia lahir dari keluarga miskin, saat remaja ia hanya buruh sebagai tukang sepatu eh sekarang sudah jadi pengusaha sepatu ya?. Wajahku pas-pasan, orang bilang mukaku biasa-biasa saja eh kok ada perawan cantik yang mau menjadi istriku ya? Aku hanya tamatan SD eh rumahku kok seperti rumah orang yang berpendidikan tinggi ya? Aku termasuk yang biasa-biasa saja, tidak pinter-pinter amat lah eh anak-anakku kok dapat ranking terus ya? Dalam keasyikan menerawang masa lalunya itu ia pun tertidur. Dalam tidurnya ini, dia bermimpi didatangi orang berpakaian serba putih dan mempunyai dua sayap yang terbang memghampirinya, ”Hai Zaid, saya adalah malaikat utusan Alloh yang diutus untuk mengabari kamu bahwa Alloh berkunjung kepadamu besok”. Belum sempat menjawab kesiapan untuk menerimanya, dia sudah keburu terbangun. Dia duduk berpikir apa iya ya Tuhan berkenan mengunjungiku? Dilihatnya jam di dinding menunjukan pukul 2 lewat 5 menit. Berarti mimpi saya bisa jadi benar donk. Tapi terlepas benar atau tidaknya sebaiknya saya membuat persiapan biar kalau mimpi itu benar ya saya sudah siap menerimanya. Kalau mimpi itu tidak benar ya minimal untuk kebaikan saya dan keluarga gitu lah. Keudian dia membuat adonan roti sendiri dan memanggangnya sendiri, ini semua dia lakukan karena dia ingin mempersembahkan roti spesial untuk menghormati tamu agung dengan sebaik mungkin. Sembari menunggu roti matang, ia merebus air untuk persiapan bikin teh. Perabotan rumah dia rapikan, diambilnya sulak/muncai untuk membersihkan perabotan dari debu, kemudian dia menyapu sehingga semua lantainya bersih. Setelah roti matang dan bersih-bersih rumahnya telah kelar, dia pun bergegas mandi. Selesai mandi, dia pilih pakaian yang serba paling bagus, dikenakannya sambil bercermin untuk memastikan semuanya rapi, disisirnya rambut dan tidak lupa mengambil minyak wangi kesukaanya lalu disemprotkan jezz jezz. Buru-buru dia keluar untuk menata roti dan teh di meja ruang tamu. Dia amati keadaan ruang tamu, dari ujung ke ujung. Nampaknya semuanya telah rapi, dia pun bernafas lega. “Hemm berarti semuanya telah siap!” gumamnya sambil tersenyum. Tidak sabar dia menunggu di dalam, dia pun keluar,menengok kalau-kalau tamu agung sudah ada di depan. Ternyata cuacanya mendung tak lama kemudian terdengar suara petir keras berkali-kali diriingi hujan deras, dia pun galau “Hujan deras begini, apa Tuhan jadi datang ya?” tanyanya dalam hati. Dia pun masuk ke ruang tamu lagi. Sudah hampir 3 jam hujan belum reda. Tiba-tiba terdengar “tok tok tok permisi.” Dia pun bangkit berdiri bergegas keluar menyambut tamunya. “Tuhan telah datang!” serunya dalam hati. Sebelum membuka pintu dia pun memasang muka yang ramah seramahnya. Begitu pintu dibuka “Maaf pak mengganggu, saya mau mengantar surat pak” sahut orang di balik pintu. Pak zaid pun menyambut ramah pak pos ini. “oh ya, silakan masuk pak, di luar masih hujan deras. Tunggu di sini dulu pak” Setelah melepas jas hujan. Pak pos pun masuk, badannya yang sedari tadi kehujanan menggigil kedinginan. Pak Zaid buru-buru menawarkan roti kepada pak pos, roti yang sedianya untuk Tuhan itu. Tak hanya itu, pak Zaid pun melengkapinya dengan membuat secangkir teh hangat lalu disuguhkannya dengan santun dan ramah buat pak pos. pak pos pun tidak canggung menikmati hidangan itu dengan lahap. Tak beberapa lama, hujan pun reda. Pak pos pun pamit, tak lupa pak pos menyampaikan banyak terima kasih atas sambutannya yang sangat ramah dan hidangannya yang nikmat. Ia merasa amat tersanjung dengan semua itu, ia juga mendoakan agar pak Zaid semoga pak Zaid diberi kesehatan, diberi rizki yang melimpah dan diberi keluarga yang bahagia”. Pak pos diantarnya sampai di depan pintu gerbang dan ditunggu sampai pak pos menaiki sepeda meninggalkannya. Belum sempat masuk, terdengar suara memanggilnya ‘Pak pak.... tolong pak” Dilihatnya tempat di mana arah suara itu datang. Ternyata ada anak kecil yang kelelahan. “Ada yang bisa Om bantu nak?” “Pak, Saya mau pulang tapi saya lupa jalannya pak”. “Oh gitu ya, rumah kamu di mana?”, “Tidak tau pak”. “rumahmu warna apa?” “Warna putih di depan rumah ada pohon sawo besar pak”. “Nama bapak kamu siapa?” “Pak Hasan”. “Orangnya seperti apa ya?” orangnya gemuk, kulitnya hitam”. “Ya ya, sebentar om ambil motor dulu ya” jawab pak Zaid pura-pura kenal untuk menghibur anak itu. Didudukannya anak itu di sebelah depannya. Mulailah dia menyusuri jalan dan setiap ada gang, dia berhenti dan bertanya kepada anak itu “Apakah rumahmu ada di gang ini?” “Tidak pak”. Lalu dia melaju lagi dan setiap ada gang, berhenti lagi dan bertanya lagi. Begitu seterusnya sampai hampir 17 gang sudah dilaluinya, akhirnya alhamdulillah ketemu juga. Setelah ketemu dan menyerahkan anak itu kepada pak Hasan, bapak dari anak itu, pak zaid buru-buru pamit pulang, mengingat akan ada tamu agung yang mau datang ke rumahnya. Pak Hasan menyampaikan banyak terima kasih atas kebaikan pak Zaid mengantarkan anaknya pulang dan berpesan agar hati-hati di jalan dan mendoakan semoga pak Zaid selamat sampai rumah serta mendoakan semoga pak Zaid diberi kesehatan, kelapangan rizki dan kebahagiaan dalam keluarganya. Kira-kira 150 meter lagi sampai rumah, pak Zaid melihat kemuruman orang di depan rumahnya, “Tuhan telah datang” soraknya dalam hati senang gembira. Sesampainya di rumah ternyata ada dua orang yang sedang mengerang kesakitan. “Tadi kecelakaan, maunya menghindari tabrakan malah sama-sama masuk got di depan rumah pak” kata salah seorang menceritakan kejadiannya. Pak Zaid pun segera mengambil ember diisinya dengan air dan diraihnya lap dan kotak P3K. dengan cekatan pak Zaid mengelap darah dan kotoran yang menempel di tubuh pasien lalu diberi tindakan pengobtan pertama dengan peralatan dan perlengkapan yang ada. Ternyata sakitnya ringan, ada sedikit memar dan lecet-lecet. Setelah semua selesai, cepat-cepat Pak Zaid mengambilkan roti dan memebuatkan teh anget untuk kedua pasien tersebut. Setelah berbincang-bincang sebentar, kedua pasien merasa sudah enakan, pamit pulang. Mereka menyampaikan banyak terima kasih atas pertolongan dan hidangannya. Dan mendoakan agar pak Zaid diberi kesehatan, kelapangan rizki dan berbahagia dalam berumah tangga. Sepulang dua pasien tadi, Pak Zaid rebahan di kursi ruang tamu untuk melepaskan rasa capek dan ngantuk yang sejak jam 2 dini hari belum sempat istirahat. Jam di dinding menunjukan angka 8, belum lama rebahan, pak Zaid tertidur. Begitu pulas tidurnya sampai mendengkur. Tiba-tiba terbangun. Dilihatnya jam yang melingkar di tangan kirinya menunjukan angka 11. Keadaan sunyi sepi, Pak Zaid terduduk lesu, sedih menyesali kenapa tadi harus rebahan segala ya? sehingga dia tertidur pulas. Masak saya sudah diberi tau kalau Tuhan mau datang, eh malah saya tinggal tidur. “Jangan-jangan tadi Tuhan sudah datang mengetuk-ngetuk pintu rumah tapi saya tidak dengar, kemudian pulang lagi ya?” tanyanya dalam hati. Dalam keadaan sedih dan menyesal yang amat dalam ini, pak Zaid tertidur lagi. Dia bermimpi lagi. Dalam mimpinya kali ini, dia kembali didatangi oleh orang yang berpakaian serba putih dan mempunyai dua sayap terbang menghampirinya, malaikat ini yang datang kemarin malam. “Hai Zaid. Tuhan menyampaikan banyak terima kasih kepadamu. Ketika Tuhan datang dalam keadaan kedinginan dan kelaparan, kamu beri tempat berteduh dan makanan. Ketika Tuhan datang kepadamu dalam keadaan tersesat, kamu antarkan pulang. Ketika Tuhan datang dalam keadaan sakit. Kamu beri pertolongan dan obat. Hai Zaid. Tuhan akan memberimu kesehatan yang prima, Tuhan akan memberimu kelapangan rizki dan Tuahan akan membahagiakan kehidupan rumah tanggamu” selesai menyampaikan pesan itu, malaikat tersebut terbang ke langit lagi. Pesan dari cerita di atas menyatakan bahwa; 1. Dalam berbuat apa pun bentuknya, entah itu yang bersifat menolong atau yang bersifat profesi, seperti dagang, bekerja di kantor, jasa, bertani, melaut dan sebagainya itu sebaiknya dilakukan dengan sebagus mungkin, dan kita dedikasikan perbuatan kita itu semata-mata buat Alloh saja. Kita persembahkan semua perbuatan baik kita itu hanya untuk Alloh semata. 2. Biasakan mengerjakan sesuatu yang dianggap sepele atau remah dengan sepenuh hati. Agar kita menjadi lebih serius dalam mengerjakan sesuatu yang dianggap berharga atau dianggap besar. Karena orang itu disebut orang besar adalah sebab dia mampu mengerjakan sesuatu yang besar dengan baik. Insyaa Alloh kalau kita terbiasa mengerjakan perkerjaan yang sepele atau remeh dengan sepenuh hati, pada saatnya nanti Alloh akan berikan pekerjaan besar dan berharga kepada kita agar hanya kita yang bisa menyelesaikannya. Aamiin. Semoga kita diberi hidup yang bahagia dunia dan akhirat. Aamiin 0852-2580-5657

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda