Senin, 30 Maret 2015

‘Menghadirkan’ Nabi di Era Modern

 Bismillaahir rohmaanir rohiim
Dan sungguh dalam diri utusan Allah (Muhammad) terdapat suri tauladan yang baik bagi kamu sekalian” (QS. Al-Ahzab).
Sebagai seorang Nabi, Muhammad SAW adalah manusia paripurna. Ia adalah sosok yang hadir dengan segala atribut ber-genre  sempurna. Kesempurnaan yang ia tampilkan adalah sebentuk hasil akumulatif dari dua sisi: tuntunan ilahi dan kreatifitas insani. Yang pertama merupakan sebuah aksioma di mana sebagai seorang pembawa risalah, nabi Muhammad senantiasa dinaungi sinaran petunjuk dari yang Maha Suci. Karenanya, seluruh laku dan sikap hidupnya tak pernah lepas dari kebaikan dan kesempurnaan budi pekerti. Sejak masa paling awal,
ia telah menunjukkan kualitas pribadi yang amat terpuji. Terbukti, komunitas masyarakatnya memberikan julukan mulia, al-amin, di belakang namanya. Namun demikian, sebagai seorang manusia, nabi Muhammad SAW juga menempuh dan mengalami ragam proses ta’lim dan tarbiyyah sebagai upaya mematangkan mental dalam kaitan menjalankan misi risalahnya. Ini merupakan aktivitas dan kreativitas insani, dalam arti tahapan ta’lim dan tarbiyyah tersebut merupakan bagian  tak terpisahkan dari usaha manusiawi Sang Nabi untuk menggembleng diri dalam rangka menjalankan misi suci. Pada tataran ini, rangkaian proses tarbiyyah dan ta’lim ini megajarkan satu nilai proses pematangan mental yang dapat –dan selayaknya- dijadikan cerminan umatnya.
Jika kita dicermati, ada empat tahapan ta’lim dan tarbiyyah yang Nabi alami dalam konteks proses manusiawi ini. Pertama, tahapan yatim. Sebagaimana mafhum bahwa nabi Muhammad SAW adalah orang yang lahir dalam kondisi yatim, dengan meninggalnya sang ayah sejak ia dalam kandungan, dang sang Ibu, beberapa tahun kemudian. Kondisi ini tentu memebrikan nuansa pendidikan dan pengajaran bagi mental-psikologis nabi Muhammad SAW, hingga sebagian karakter yatim mewarnai lembar kehidupannya. Tahapan yatim mengajarkan sikap mandiri, pemberani dan penuh dengan kecermatan kalkulatif. Tiga sikap ini ternyata memiliki peran besar sebagai sikap mental yang mengantarkan nabi Muhammad SAW menggapi sukses dalam misi dakwahnya.
Kedua, Ri’ayatul Ghonam (Menggembala kambing/ Leadership). Aktivitan menggembala kambing yang pernah di-lakoni sang Nabi, ternyata bukan proses kehidupan yang tanpa makna. Sebaliknya, proses itu memberikan didikan mental kepada dirinya untuk bersikap telaten, sabar, jujur dan tegas. Rangkaian sikap ini merupakan pola sikap yang diajarkan oleh ‘kehidupan’ penggembalaan, yang ternyata memiliki nilai signifikan dalam dakwahnya. Nilai-nilai ini merupakan semangat kehidupan yang mengajarkan serangkain diktum kepemimpinan. Semangat inilah yang dikenal dengan etos leadership (kepemimpinan) dalam dunia modern.
Ketiga, syaja’atul jihad (Keberanian-kreatif/ enterpreneurship). Adalah sebuah fakta bahwa rekap jejak kehidupan nabi Muhammad SAW, di antaranya dihiasi dengan semangat jihad yang didukung oleh daya kritis-kreatif. Ia telah melibatkan diri dalam perang fijar, sebagai sebuah contoh apliaktif jihadnya. Ia adalah seorang yang mengubah mimpi menjadi kenyataan, baik pada tataran mu’amalah-tijarah maupun ubudiyyah. Dari catatan kehidupan ini, tercatat semangat kreatifitas yang didasarkan atas kecerdasan dan sikap visioner. Dengan keyakinan futuristik-nya ia sebarkan risalah hingga menembus batas geografis dan primordialisme.
Keempat, amanatul ghoir (Terpercaya/ trust). Kongsi dagang Khadijah yang dipercayakan kepadanya, menjadi bukti betapa kuat sikap ter[ercaya yang dimiliki nabi Muhammad SAW. sikap mulai ini dibalut dengan rangkain sikap hidup sebelumnya, mengantarkannya meraup sukses luar biasa hingga menarik simpati sang Janda mulia. Sikap ini menjadi semacam oase ditengah kegersangan gurun psikologis komunitasnya. Ia mampu mengahadirkan sikap yang menyejukkan dan menentramkan, bagi siapa saja.
Living reality yang ditunjukkan oleh nabi Muhammad SAW, sejatinya memberikan teladan yang amat penting dan berharga. Rangkaian sikap dan prilaku hidupnya adalah teladan sepanjang masa, yang tak lekang oleh waktu . Meneladaninya merupakan pilihan satu-satunya, bagi kita umatnya.  Jika kita mampu ‘menghadirkan’ nabi dalam setiap laku kehidupan kita, niscaya hidup akan terasa indah dan sempurna. S’moga!
Oleh: Fa-Hiem
Salam Sukses Bahagia
Ingin Umroh??? Ada kendala biaya??? Mau kerja sampingan???
Silakan kontak  0852 2580 5657

Label: , , , , , , , ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda