‘Menghadirkan’ Nabi di Era Modern
Bismillaahir
rohmaanir rohiim
Dan
sungguh dalam diri utusan Allah (Muhammad) terdapat suri tauladan yang baik
bagi kamu sekalian” (QS. Al-Ahzab).
Sebagai
seorang Nabi, Muhammad SAW adalah manusia paripurna. Ia adalah sosok yang hadir
dengan segala atribut ber-genre sempurna. Kesempurnaan yang ia tampilkan
adalah sebentuk hasil akumulatif dari dua sisi: tuntunan ilahi dan kreatifitas
insani. Yang pertama merupakan sebuah aksioma di mana sebagai seorang pembawa
risalah, nabi Muhammad senantiasa dinaungi sinaran petunjuk dari yang Maha
Suci. Karenanya, seluruh laku dan sikap hidupnya tak pernah lepas dari kebaikan
dan kesempurnaan budi pekerti. Sejak masa paling awal,
ia telah menunjukkan
kualitas pribadi yang amat terpuji. Terbukti, komunitas masyarakatnya
memberikan julukan mulia, al-amin, di
belakang namanya. Namun demikian, sebagai seorang manusia, nabi Muhammad SAW
juga menempuh dan mengalami ragam proses ta’lim dan tarbiyyah sebagai upaya
mematangkan mental dalam kaitan menjalankan misi risalahnya. Ini merupakan
aktivitas dan kreativitas insani, dalam arti tahapan ta’lim dan tarbiyyah
tersebut merupakan bagian tak
terpisahkan dari usaha manusiawi Sang Nabi untuk menggembleng diri dalam rangka
menjalankan misi suci. Pada tataran ini, rangkaian proses tarbiyyah dan ta’lim
ini megajarkan satu nilai proses pematangan mental yang dapat –dan selayaknya-
dijadikan cerminan umatnya.
Jika kita dicermati,
ada empat tahapan ta’lim dan tarbiyyah yang Nabi alami dalam konteks proses
manusiawi ini. Pertama, tahapan yatim. Sebagaimana mafhum bahwa nabi Muhammad
SAW adalah orang yang lahir dalam kondisi yatim, dengan meninggalnya sang ayah
sejak ia dalam kandungan, dang sang Ibu, beberapa tahun kemudian. Kondisi ini
tentu memebrikan nuansa pendidikan dan pengajaran bagi mental-psikologis nabi Muhammad
SAW, hingga sebagian karakter yatim mewarnai lembar kehidupannya. Tahapan yatim
mengajarkan sikap mandiri, pemberani dan penuh dengan kecermatan kalkulatif.
Tiga sikap ini ternyata memiliki peran besar sebagai sikap mental yang
mengantarkan nabi Muhammad SAW menggapi sukses dalam misi dakwahnya.
Kedua, Ri’ayatul
Ghonam (Menggembala kambing/ Leadership). Aktivitan menggembala kambing yang
pernah di-lakoni sang Nabi, ternyata bukan proses kehidupan yang tanpa makna.
Sebaliknya, proses itu memberikan didikan mental kepada dirinya untuk bersikap
telaten, sabar, jujur dan tegas. Rangkaian sikap ini merupakan pola sikap yang
diajarkan oleh ‘kehidupan’ penggembalaan, yang ternyata memiliki nilai
signifikan dalam dakwahnya. Nilai-nilai ini merupakan semangat kehidupan yang
mengajarkan serangkain diktum kepemimpinan. Semangat inilah yang dikenal dengan
etos leadership (kepemimpinan) dalam dunia modern.
Ketiga, syaja’atul
jihad (Keberanian-kreatif/ enterpreneurship). Adalah sebuah fakta bahwa rekap
jejak kehidupan nabi Muhammad SAW, di antaranya dihiasi dengan semangat jihad
yang didukung oleh daya kritis-kreatif. Ia telah melibatkan diri dalam perang
fijar, sebagai sebuah contoh apliaktif jihadnya. Ia adalah seorang yang
mengubah mimpi menjadi kenyataan, baik pada tataran mu’amalah-tijarah maupun
ubudiyyah. Dari catatan kehidupan ini, tercatat semangat kreatifitas yang
didasarkan atas kecerdasan dan sikap visioner. Dengan keyakinan futuristik-nya
ia sebarkan risalah hingga menembus batas geografis dan primordialisme.
Keempat, amanatul
ghoir (Terpercaya/ trust). Kongsi dagang Khadijah yang dipercayakan kepadanya,
menjadi bukti betapa kuat sikap ter[ercaya yang dimiliki nabi Muhammad SAW.
sikap mulai ini dibalut dengan rangkain sikap hidup sebelumnya, mengantarkannya
meraup sukses luar biasa hingga menarik simpati sang Janda mulia. Sikap ini
menjadi semacam oase ditengah kegersangan gurun psikologis komunitasnya. Ia
mampu mengahadirkan sikap yang menyejukkan dan menentramkan, bagi siapa saja.
Living
reality yang ditunjukkan oleh nabi Muhammad SAW,
sejatinya memberikan teladan yang amat penting dan berharga. Rangkaian sikap
dan prilaku hidupnya adalah teladan sepanjang masa, yang tak lekang oleh waktu
. Meneladaninya merupakan pilihan satu-satunya, bagi kita umatnya. Jika kita mampu ‘menghadirkan’ nabi dalam
setiap laku kehidupan kita, niscaya hidup akan terasa indah dan sempurna.
S’moga!
Oleh:
Fa-Hiem
Salam Sukses Bahagia
Ingin
Umroh??? Ada kendala biaya??? Mau kerja sampingan???
Silakan
kontak 0852 2580 5657
Label: al-amin, arti, insani, jihad, misi, nabi, ta'lim, tarbiyah, yatim
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda