Kamis, 26 Maret 2015

Spirit Pendidikan dalam Tauhid


Bismillaahir Rohmaanir Rohiim
Nama Luqman al-Hakim adalah salah satu nama istimewa yang tercantum dalam al-Qur’an. Ia adalah sosok manusia biasa, namun memiliki prestasi dan keistimewaan atas nasehat-nasehat yang ia berikan kepada putranya. Nasehat-nasehat ini mencerminkan sebuah pendidikan yang diletakkan orang tua terhadap anaknya. Demikian istimewa, hingga Allah berkenan menjadikannya teladan dalam al-Qur’an, dan dengan demikian selayaknya menjadi ‘acuan’ kita sebagai umat setelahnya. Satu diantara prinsip pendidikan Luqman adalah tauhid,  yang dapat dijelaskan sebagai berikut.

Luqman menekankan aspek ketauhidan  kepada anaknya sebagai satu pondasi bagi pendidikan selanjutnya. Tauhid merupakan upaya mendidik jiwa agar selalu mengaitkan seluruh aktivitas hidup, hanya kepada Allah. Ini adalah hal yang amat penting dan mendasar. Sebab, dengan modal tauhid yang kokoh, seorang anak akan memiliki basis kepercayaan kepada sang Maha Pencipta, dan ini akan menjadi kontrol bagi dirinya dalam menjalani kehidupan selanjutnya. Ia tidak akan mudah goyah dengan berbagai ‘rayuan’ hidup yang barangkali akan membawanya kepada ‘jalan menyimpang’. Semua persoalan yang ia hadapi, akan selalu ia ukur dengan ketauhidan yang telah tertanam dalam hati.
Tauhid, disamping terkait dengan aspek keimanan an-sich, juga memiliki dimensi pendidikan dalam konteks kehidupan yang lain, yaitu mengajarkan kemandirian. Mereka yang dengan kayakinannya ‘hanya’ mengakui Allah sebagai penentu segala sesuatu, akan memiliki semangat optimism dan kemandirian, sebab segalanya ia gantungkan kepada Allah semata. Ini penting, mengingat pendidikan kita saat ini, kerapkali mengajarkan ‘ketakutan hidup’ dan jarang mengajarkan kemandirian yang mapan.
Selanjutnya, tauhid mengajarkan sebentuk sikap hidup yang selalu fokus dalam menjalani kehidupan. Artinya, dengan tauhid orang diajarkan untuk selalu melihat sesuatu yang hendak dicapai sebagai satu titik focus yang tidak bias, dan dengan demikian, seluruh energi dan kesempatan yang ia miliki ia tujukan kepada tujuan yang hendak ia capai. Dengan tauhid, kita diajarkan untuk membuat rancangan yang matang tentang apa yang hendak kita lakukan, meyakininya sebagai sesuatu yang  mesti dicapai, dan bersikap fokus untuk mendapatkannya. Lawan dari tauhid adalah syirik, yang apabila kita maknai dalam konteks ini berarti mendua, bercabang dan tidak fokus. Sikap ini, dalam sebuah model pendidikan, mestinya dieliminir dan sedapat mungkin diganti dengan ‘kemenyatuan’ antara kita dengan tujuan pendidikan kita.
Mestinya, dalam setiap laku pendidikan kita, mesti ditentukan titik tekan yang menjadi fokus dan tujuan. Kerapkali kita melihat sebuah pendidikan yang ‘tidak jelas’ dan cenderung  bias dari sisi tujuan dan pencapaian. Dalam konteks ini, tak salah kiranya bila kita melihat slogan pendidikan Barat: “ Know Little but More (mengetahui sedikit objek, tapi mendalam, serius dan detail)”.  Inilah pendidikan yang berbasis kepada titik fokus. Sedangkan kita lebih sering menerapkan slogan: “Know more but Little (mengerti tentang banyak hal, namun semuanya serba sedikit alias tidak mendalam dan detail)”. Membandingkan keduanya, akan terlihat bahwa pendidikan model pertama mengajarkan kepada peserta didik untuk betul-betul mampu dan menguasai materi belajar yang ia pelajari. Kata mampu tentu merujuk kepada kompetensi yang benar-benar meyakinkan dalam arti kemampuan yang sebenarnya, bukan sebentuk ‘rekayasa’. Dengan demikian, seorang pelajar yang telah dinyatakan ‘selesai’ dari sebuah mata ajar, akan benar-benar menguasai dan layak uji. Setelah itu, baru ia akan melangkah kepada titik fokus berikutnya, hingga benar-benar menguasai dan –sekali lagi- layak uji. Pada akhirnya, seluruh mata ajar yang ia terima diharapkan membentuk satu ide sentral yang integratif dan komprehensif, dengan catatan, seluruhnya diajarkan distardanrkan dengan target ketuntasan.
Memasuki ‘musim semi’ dalam konteks tahun ajaran baru, sudah selayaknya kita semua: orang tua, para pendidik, dan seluruh elemen yang berkepentingan dengan pendidikan, menyiapkan perangkat pembelajaran baik yang bersifat teknis-aplikatif, maupun semangat ‘pembaharuan’ untuk bersama-sama menyongsong ‘musim semi’ pendidikan dengan semangat dan metode pembelajaran yang lebih mengena. Dan, tak salah kiranya bila aspek tauhid menjadi salah satu spiritnya. Smoga!
Oleh: Fa-Hiem
Salam Sukses Bahagia
Ingin Umroh??? Ada kendala biaya??? Mau kerja sampingan???
Silakan kontak 0825 2580 5657



Label: , , , , , , , , ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda