Sabtu, 21 Maret 2015

Yang kecil yang berkah

Bismillahir rohmaanir rohiim
Seorang pujangga Barat mengatakan bahwa small is beautiful, sebuah ungkapan yang mengandung pengertian secara bebas kecil itu indah. Ungkapan ini terlihat sepele, namun sejatinya memiliki makna yang cukup dalam. Secara filosofis dapat dipahami bahwa hal-hal besar, tak dapat dipungkiri, berasal dari hal-hal kecil. Tidak ada sesuatu yang disebut besar, tanpa melalui satu tahapan yang berkategori kecil.  
Suatu ketika, Nabi SAW datang ke rumah ‘Aisyah ra dan melihat seorang wanita sedang duduk bersamanya. Ketika beliau bertanya tentang wanita itu, Aisyah menjawab bahwa wanita itu adalah
orang yang selalu melaksanakan tahajud sepanjang malam tanpa tidur. Rasulullah lantas berkomentar: “Itu tidak baik. Sebaiknya engkau melakukan perbuatan baik yang dapat kau lakukan seumur hidupmu”. Beliau melanjutkan: “ Demi Allah, Dia tidak akan lelah memberimu pahala atas perbuatan baik yang kau lakukan, tetapi engkau-lah yang akan merasa lelah dan menyerah. Jadi lebih baik bagimu apabila melakukan perbuatan baik yang dapat kau lakukan secara terus menerus. Ini akan mempunyai nilai lebih dihadapan Allah”.
Sebuah perbuatan kecil yang dilakukan secara terus menerus adalah lebih baik dibandingkan perbuatan besar yang dilakukan terputus-putus.
Hal kecil yang sering disepelekan, sebenarnya memiliki potensi yang luar biasa, yang dari sana muncullah hal-hal besar. Sebuah perjuangan dalam bentuk apapun, tak dapat dipungkiri berawal dan berasal dari sebuah ‘kekuatan kecil’. Akumulasi ‘barang-barang kecil’ inilah yang lantas membentuk sebuah gugusan besar. Satu prestasi yang terukir dalam skala apapun, dipastikan berakar dari upaya kecil yang dilakukan secara kontinyu. Ketekunan dan ketahanan untuk bertahan dan terus melakukan yang ‘kecil’, membuahkan satu prestasi yang disebut besar dan luar biasa.
Dalam tataran ibadah, sebuah ibadah yang secara kuantitas dikatakn kecil, dapat saja memiliki nilai besar, tatkala dilaksanakan dalam takaran dan aturan yang semestinya. Tak jarang pula, sesuatu yang kecil menjadi titik masuk bagi sesuatu yang besar, semacam key word (kata kunci). Karenanya, yang kecil tersebut menjadi sesuatu yang mesti dipahami sebelum memahami yang lebih besar. Allah SWT juga amat memperhatikan hal-hal kecil yang dilakukan para hamba-Nya. Allah akan memberikan pahala terhadap sebuah amal perbuatan baik, meski besarnya tak lebih dari setitik debu, sebaliknya, kejelekan yang juga amat kecil, akan menuai siksa sesuai dengan ketentuan-Nya.
Dalam bidang dakwah, Rasulullah pernah menegaskan untuk memulai dakwah dengan menyampaikan apa yang kita miliki berupa pengetahuan agama, meski itu ‘kecil’ dan tak seberapa. Dalam bahasanya, Rasul menegaskan “sampaikan dariku walau hanya satu ayat”. Kalimat ini mengandung makna untuk segera mulai berdakwah dengan kemampuan kita yang ada tanpa harus terjebak menunggu hingga kita dikatakan pandai dan memiliki segalanya. Namun, tentu saja, apa yang kita sampaikan tersebut mesti kita pahami secara baik dan proporsional, hingga pemahaman kita tidak mentah. Yang pasti, spirit anjuran Nabi tersebut adalah untuk mulai satu tugas besar berupa dakwah dari hal kecil yang ada pada diri kita. Inilah makna terpenting yang harus kita ketahui.
Cakupan dakwah-pun diawali dari sekup yang paling kecil, yaitu diri pribadi kita sendiri. Selanjutnya kita beranjak untuk mengajak keluarga dan sanak saudara, lantas melebar kepada orang lain dalam spektrum yang lebih luas. Ini artinya, cakupan dakwah yang sangat luas, masyarakat pada umunya, diawali dari cakupan yang paling kecil yaitu diri kita. Meski kecil, cakupan pertama ini amat penting dan menentukan, sebab dari kualitas individu yang baik, sebuah dakwah akan dapat berjalan baik pula. Ini artinya, kita harus memulai untuk memperbaiki yang kecil sebelum melangkah kepada yang lebih besar, sebab yang kecil itulah yang menentukan keberhasilan dari yang besar.
Pemahaman akan urgensitas sebuah entitas yang kecil akan memberikan cara pandang yang bijak kepada kita, untuk tidak mudah melihat sesuatu dengan sebelah mata, apalagi jika pertimbangannya hanya kuantitas semata. Akan sangat bijak jika semuanya dilihat dalam posisi dan proporsi yang semestinya, hingga melahirkan cara pandang yang utuh dan berimbang, hingga memunculkan sifat bijak nan bestari. Smoga!
Oleh: Fa-Hiem.
Salam Sukses Bahagia
Ingin Umroh??? Ada kendala biaya??? Mau kerja sampingan???
Silakan kontak 0852 2580 5657

Label: , , ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda