Kamis, 06 Oktober 2022

Seakan-akan Sesore/ Sepagi

KA ANNAHUM YAUMA YARAOUNAHAA LAM YALBATUSUU ILLAA `ASYIYYATAN AU DLUHAAHAA. Seakan-akan mereka itu, di hari mereka melihat dahsyatnya hari kiamat, tidak tidanggal di dunia ini kecuali hanya sesore atau sepagi saja. Kita hidup di dunia hanya sebentar saja, sebagaimana diilustrasikan di ayat tadi bahwa hidup di dunia ini serasa sesore atau sepagi saja. Walaupun ada yang mengalami hidup di dunia ini sampai berumur 100 tahun atau lebih, yaitu ketika kita sudah melihat hari kiamat secara langsung. Dapat dibayangkan jika mengalami hidup 100 tahun di dunia secara sesore atau sepagi saja, berarti sudah tidak terbayangkan lagi lamanya kehidupan di akhirat itu.
SEAKAN SESORE Kita hidup di dunia hanya sebentar saja, Cuma sampai ajal menjemput kita, dan itu tidaklah lama, bisa jadi nanti, besok,lusa, pekan depan, bulan depan, tahun depan ajal itu tiba, tidak ada yang tahu. Walaupun hidup di dunia cuma sebentar, namun hampir semua kita siap sedia bekerja, mengerahkan waktu, tenaga dan materi agar kita mendapatkan uang, jabatan, pasangan, sanjungan, harta benda dan seterusnya yang dengan semua itu kita dapat menggapai apa yang disebut dengan kebahagiaan hidup di dunia ini, meskipun kita harus kepanasan, harus kehujanan, harus kemalaman, harus mengerahkan semua potensi kita, semua dilakukan demi dapat mencapai tujuan-tujuan tersebut. Ajaibnya, untuk memperoleh kebahagiaan hidup di akhirat yang selama-lamanya itu justru usaha kita hanya menggunakan sisa-sisa waktu, melaksanakannya pun dengan malas-malasan. Bila kita menggunakan minimal 8 jam sehari untuk keperluan dunia yang sementara ini, alangkah baiknya bila kita menggunakan 4 jam untuk keperluan akhirat yang selama-lamanya itu. Insyaa Alloh bila serius memanfaatkan setengah dari waktu yang kita gunakan untuk keperluan dunia ini, untuk kita gunakan keperluan akhirat, insyaa Alloh kita akan punya bekal yang lumayan buat kita pulang ke negeri akhirat. Sesungguhnya untuk urusan dunia, rizki kita di dunia sudah dijamin Alloh. Buktinya berapa banyak di antara kita yang pernah mengalami situasi di mana duit kita tinggal 10 ribu atau bahkan kurang dari itu, saat itu seolah-olah kita sudah tidak dapat bertahan hidup lagi, seakan-akan hari itu adalah hari terkhir kita ada di muka bumi ini, karena pada saat itu sudah tidak ada bekal lagi, bahkan untuk bekal bertahan hidup barang sehari itu saja sudah tidak cukup. Mau minta bantuan kepada siapa, kita pun bingung. Tapi tak disangka sangka hari itu kita dapat rizki juga. Entah itu karena lantaran dapat order yang dikasih uang muka atau yang lainnya. Yang jelas hari kita masih hidup. Mengapa? Karena Alloh menjamin rizki kita. Alloh tunjukan kepada kita bahwa tidak ada yang mampu memberi rizki kecuali atas ijin Alloh. Meskipun pontang panting kita kerja, kalau Alloh belum mengijinkan rizki diterima oleh kita, tetap tidak akan dapat. Contoh nyata. Ada tukang bangunan yang sudah bekerja di proyek selama sebulan, tiba-tiba mandornya pergi tanpa ada kabar, tidak bisa dihubungi lagi. Akhirnya mereka pun pulang dengan uang sisa yang ada. Warung makan tempat mereka bon senang berharap akhir bulan dapat uang dari para tukang bangunan itu, tapi yang terjadi justru sebaliknya, dia harus menelan kekecewaan yang berat. Dari contoh ini, ada dua yang bisa disimpulkan bahwa, 1. tukang bangunan yang sudah berkerja dengan baik, kerjaanya riil, hasil pekerjaanya tampak, bukan kerja sehari atau dua hari dan seterusnya. Tapi duit yang dibayangkan tidak mereka dapatkan. 2. Pemilik warung tempat tukang bangunan itu bon, meskipun dia bekerja dengan baik, mulai dari belanja, memasak, menyajikan, keluar modal duit juga dan seterusnya. Tapi dia malah mengalami kerugian. Oleh sebab itu, marilah kita bekerja dengan optimal sesuai bidang kita masing-masing dan seimbangkan dengan keseriusan kita dalam beribadah, semoga dengan adany keseimbangan dan ibadah kita itu, kita dapat terhindar dari penipuan dan kerugian. Aamiin. Selama kita masih hidup di permukaan bumi ini, rizki kita akan sampai juga kepada kita, itu berarti bahwa ada jaminan dari Alloh untuk kita selama kita masih hidup di dunia. Orang sakit parah di rumah sakit, dia duduk saja sudah tidak mampu, tapi jatahnya rizkinya tetap diantar kepadanya. Orang yang dipenjara, jangankan kok bekerja, keluar dari selnya saja tidak dapat, tapi jatah rezkinya tetap sampai kepadanya. Kakek nenek penghuni panti jompo, keadaan mereka pikun, jalan mereka tertatih-tatih, tapi jatah rezki mereka tetap sampai kepada mereka. Rezki kita di dunia Alloh jamin, tapi keselamatan kita di negeri akhirat, tidak ada jaminan dari Alloh swt. Sekarang untuk hal yang sudah Alloh jamin saja kita masih mengerahkan tenaga, waktu, pikran juga modal. Nah bagaimana sikap kita terhadap sesuatu yang belum ada jaminan dari Alloh untuk hal tersebut? Hidup di dunia yang sebentar ini akan menentukan kehidupan kita di akhirat nanti. Kalau perbuatan seseorang buruk ketika di dunia ini, maka di akhirat dia akan sengsara selama-lamanya. Sebaliknya kalau perbuatan seseorang baik ketika di dunia ini, maka dia akan senang selama-lamanya. Bagaimana caranya agar kita senang selama-lamanya di akhirat nanti? Pertama camkan dalam benak kita bahwa hidup di dunia ini cuma sebentar, dan hidup di akhirat adalah selama-lamanya. Hidup yang sebentar saja butuh bekal yang cukup, apalagi hidup yang lama, tentu harus lebih dipersiapkan juga bekalnya. Yang ke dua. Tadi sempat disinggung bahwa 8 jam minimal dalam sehari kita gunakan waktu untuk urusan dunia, maka gunakan waktu +- 4 jam dalam sehari untuk urusan akhirat. Dengan rincian sebagai berikut: bangun jam 3 diisi dengan sholat tahajud, sholat hajat dan sholat witir ditambah dengan dzikir dan baca Al Qur`an sampai adzan Shubuh, kemudain pergi ke masjid untuk sholat sunah qobliyah subuh dan shubuh berjamaah. Kira-kira ini selesai jam 5. Dari jam 3 sampai jam 5 berarti kita sudah menggunakan waktu 2 jam. Masih sisa 2 jam. Kita pakai untuk sholat Dhuhur, Ashar, Maghrib dan Isya` dengan zikirnya setiap selesai sholat fardlu juga sholat sunah qobliyah ba`diyahnya, totalnya +- 1 jam. Masih sisa 1 jam kita gunakan untuk belajar memperdalam agama, yang terdiri dari 1. ilmu fiqih yaitu untuk memperbaiki tata cara kita dalam beribadah agar ibadahnya lebih berkualitas, 2. ilmu tauhid untuk meluruskan aqidah kita dan membersihkan aqidah dari kesyirikan. 3. Ilmu tasawuf untuk memperbaiki perilaku kita, baik dalam pergaulan umum maupun dalam bekerja. Baik perilaku lahir atau pun perilaku batin kita. Insyaa Alloh dengan waktu 4 jam untuk persiapan bekal akhirat ini sudah cukup lumayan lah. Asal 4 jam ini kita gunakan dengan optimal, insyaa Alloh tidak kalah dengan nilai 8 jam yang digunakan untuk dunia. Bahkan dengan mengoptimalkan waktu yang 4 jam itu dapat membuat waktu yang 8 jam itu berubah nilainya menjadi bekal untuk akhirat juga. Jadi dunia dapat, akhirat pun dapat. Ada hadits yang menyatakan bahwa ada amal yang seolah-olah itu amal dunia tapi dicatat sebagai amal akhirat juga. Bagaimana mengubah amal dunia menjadi amal akhirat? Jawabnya optimalkan waktu yang 4 jam. Karena kalau nanti sudah mengoptimalkan yang 4 jam itu, secara otomatis akan paham dengan sendirinya. Insyaa Alloh. Demikian uraian singkat ini semoga kita senantiasa mendapatkan taufik, hidayah dan inayah Alloh swt, sehingga kita dapat mengoptimalkan waktu untuk mempersiapkan bekal hidup kita di dunia dan di akhirat. Aamiin. Semoga bahagia dunia dan bahagia akhirat. Aamiin 0852-2580-5657

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda