Minggu, 16 Oktober 2022

Etika Membaca Al Qur`an

Membaca al Qur`an adalah salah satu dari jenis ibadah sunah yang dianjurkan untuk dikerjakan. Ibadah apa pun itu akan semakin lebih berkwalitas nilainya selaras dengan semakin disempurnakannya tertib dan adab-adabnya. Mengapa ada kaitan erat antara kwalitas di satu sisi dengan tertib dan adab di sisi lain? Karena tujuan ibadah itu adalah upaya untuk “menyenangkan Alloh” jadi bukan sekedar melakukan saja, tapi juga ada unsur bagaimana supaya dengan pekerjaan kita itu menjadikan Alloh ridlo? Ibarat ketika orang tua kita memerintahkan untuk dibuatkan kopi. Ya kita harus mengerti cara untuk membuat kopi berikut alat yang disukai orang tua kita dalam menghidangkannya. Kalua asal bikin kopi tanpa menghiraukan cara standart yg dimaui orang tua kita, bias-bisa justru akan membuat orang tua kita jadi marah. Misalnya bikin kopi dengan adonan gula, kopi tapi airnya pakai air dingin. Disajikan menggunakan ember. Ketika orang tua kita melihat kita bawa ember, tentu beliau sudah geram. Apalagi setelah beliau cicipi rasanya seperti debu yg diaduk. (rasa kopi yang tidak pakai air panas kan seperti itu). Tentu orang tua kita akan marah dan menolak kopi buatan kita itu, meskipun seember banyaknya. Jadi meskipun kita telah mentaati perintah beliau, tapi gara-gara salah cara dan alatnya, kita malah dibilang menghina beliau. Inilah sesungguhnya yang terjadi bila kita beribadah dengan asal-asalan atau beribadah menurut dugaan kita. Untuk lebih mudahnya memahami pernyataan ini, kita bandingkan dengan ilustrasi beerikut : bila kita menulis puisi, kemudian kita temple di papan pengumuman atau di madding. Lalu datang orang membaca puisi yang kita temple tersebut. Bagaimana perasaan kita? Tentu kita akan senang. Kita senang karena puisi kita dibaca orang dan kita akan menyenangi orang yang membaca puisi kita. Dengan catatan bila orang tersebut membaca dengan benar. Sekarang bagaimana perasaan kita bila puisi kita itu dibaca orang secara salah, yang mengakibatkan berubahnya arti? Misalnya tulisan puisi kita berbunyi “ketika jiwa yang mulai berkobar” dibaca “ketik aji wayang mula iber kobar” hari berikutnya si pembaca tadi dating lagi untuk baca puisi kita dengan cara yang sama salahnya seperti yang kemarin. Hari berikutnya dating lagi, bacanya salah lagi. Demikian seterusnya. Kita yang awalnya memaklumi lama-lama berubah menjadi jengkel pada si pembaca puisi kita itu. Kita akan merasa dilecehkan atau diledek olehnya ketika si pembaca puisi kita itu dating untuk membacanya dengan salah lagi. Begitu juga dengan membaca al Qur`an yang tidak sesuai dengan aturan bacaannya, entah itu tidak pas mahrojnya, tidak sesuai panjang pendeknya, yang tidak tasydid dibaca tasydid, giliran ada tasydid tidak dibaca tasydid, salah tajwidnya bisa idhghom atau ikhfaknya dan seterusnya. Kesalahan baca al Qur`an itu sesungguhnya “menyakiti perasaan” Alloh, kalau hal ini dilakukan secara pribadi. Tapi kalau hal ini dilakukan oleh khotib atau imam sholat, maka hal ini selain akan menyakiti Alloh juga akan menyakiti perasaan sesama orang Islam. Tindakan menyakiti sesame Muslim itu masuk kategori perbuatan mungkar, berarti hal ini harus dicegah terutama oeh orang yang mempunyai kekuasaan untuk itu. Secara umum umat Islam itu bisa membedakan mana yang bacaan Al Qur`annya fasih dan mana yang tidak fasih. Jadi kalau ada orang menjadi khotib atau imam sholat sementara bacaan al Qur`annya tidak fasih itu makamum dan orang Islam yang kebetulan mendengar itu tidak tau. Mereka tau kalau bacaan imam atau khotib itu tidak fasih, Cuma mereka lebih memilih diam daripada menegur sang imam atau khotib itu. Sebagian berbisik sesama makmum tentang bacaan imam atau khotib yang tidak fasih tersebut. Jadi. Kalau dirasa masih ada yang lebih fasih dalam membaca al Qur`an pada saat itu, sebaiknya jangan memberanikan diri menjadi khotib atau imam sholat. Karena kalau kita tetap memaksakan diri untuk maju menjadi imam sholat, minimal kita akan menjadi penyebab orang lain untuk ghibah/ gossip. Yaitu sebagain makmum akan curhat ke sesame makmum tentang ketidak-fasihan bacaan imam tadi. Seperti celetukan makmum ini “pak Fulan baca al Qur`an masih blepotan kok maksa diri jadi imam ya? Kayak ga ada yang fasih aja” yang menimpali “pak Fulan itu ambisinya gede tp ga dibarengi skil” dst. Oleh karena itu, marilah kita berhati-hati dalam beribadah itu, pelajarilah secara lebih mendalam lagi mengenai seluk beluk, tertib dan adab-adabnya, agar niat awal kita ibadah itu yang sesogyanya untuk mencari ridlo Alloh tidak malah justru mendapat murka dan tidak diterima amal ibadahnya. Dalam hal membaca al Qur`an ini, sebaiknya kita mencari orang yang fasih bacaaanya kemudian belajarlah dari beliau tentang makhroj dan tajwidnya. Untuk adab-adabnya standart minimal mempunyai wudlu, menutup aurat, membaca ta`awud sebelum membaca al Qur`an, menghadap kiblat, sujud tilawah ketika mendengar atau membaca bacaan ayat sajdah, menutup bacaan al qur`an dengan kalimat shodaqoolloohu `adhiim. Setiap kita menginginkan ibadah kita itu diterima Alloh dan memperoleh ridlo-Nya, uniknya sebagian dari kita belum menyadari bahwa untuk mencapai tujuan ini, kita banyak lalai memperbaiki cara kita melakukannya sehingga kita sering merasa bahwa amal ibadah kita sudah bagus, sudah top dan yakin kalau amal ibadah kita itu diterima Alloh swt. Dengan begitu kita merasa sudah tidak perlu mengetahui lebih dalam lagi. Sudah cukup kok. Ingat bahwa perasaan demikian itu adalah tipu daya setan agar amal ibadah kita seperti buih, kosong tidak ada isinya alias sia-sia karena tidak diterima Alloh swt. Na`udzubilllahi mindzaalik. Untuk menghindari ibadah yang sia-sia, marilah kita luangkan waktu dan tenaga untuk mendalami seluk beluk setiap amal ibadah barang 30 menit per hari, ato per 3 hari atau per pekan. Dengan harapan agar dengan upaya kita tersebut dapat menghasilkan kwalitas ibadah kita yang lebih baik sehingga layak untuk dijadikan sebagai bekal kita nanti dalam menghadap Alloh swt. Sebagai tambahan ; lebih 8 jam dalam sehari kita mengerahkan tenaga, waktu dan pikiran kita untuk urusan dunia kita yang sementara ini, masak kita tidak mampu meluangkan waktu, tenaga dan pikran kita barang 30 menit untuk persiapan kita mencari bekal buat akhirat yang akan berlangsung selama-lamanya? Lekaslah menyadari hal ini agar kita tidak menyesal dengan penyesalan yang tidak terkirakan. Demikian semoga Alloh senantiasa mengaruniai kita taufik dan hidayah-Nya, sehingga senantiasa berada pada jalur yg benar. AAmiin. Semoga kita sukses dunia dan sukses akhirat 0852-2580-5657

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda