Senin, 26 April 2010

Benarkah Kita Menyembah Allah???

Bismillahirrohmaanirrohiim
Dalam Al Qur’an ada kalimat-kalimat yang bersifat metafora, untuk memahaminya membutuhkan pemikiran yang mendalam, kadang perlu dihubungkan dengan sejarah atau yang lain. Sebagai contoh tentang pencarian Tuhan oleh nabi Ibrorim. Beliau awalnya menganggap bintang sebagai Tuhan.
Bintang ini dapat bermakna materiil benda angkasa, namun dapat dimaknai sebagai prestasi atau jabatan. Sejak kecil kita diajari untuk merasa bangga dengan bintang kelas. Kemudian semakin besar, kita mengenal bintang lapangan, bintang tamu, bintang televisi, bintang radio, bintang kehormatan yang disematkkan di dada, bintang film, bintang musik dan lain sebagainya.
Pola pendidikan dan lingkungan yang mengajarkan kepada kita untuk mengagungkan bintang itu, membuat sebagian banyak orang rela mengorbankan segalanya demi mendapat gelar bintang ini. Warisan mengagungkan bintang ini, pada satu sisi adalah baik karena memotivasi anak agar berprestasi, giat belajar, mendorong supaya lebih kreatif.


Namun pada sisi yang lain, kalau tidak hati-hati, hal ini dapat merusak aqidah, menjadikan generasi penerus menjadi musyrik.
Buktinya, banyak di antara kita yang masih suka membangga-banggakan prestasi (bintang) dirinya, juga prestasi dari anaknya, dari saudaranya, dari sahabatnya, dari partainya, dari golongannya, dari sukunya, dari bangsanya dan seterusnya. Kadar kebanggaannya terhadap prestasi itu lebih besar daripada kadar kebanggaannya terhadap Tuhannya.
Oleh karena itu, kita harus mengembalikan fungsi dari pengajaran membangga-banggakan/ mengaung-agungkan prestasi itu. Yaitu agar kita termotivasi untuk mengoptimalkan potensi kita. Sembari mengajarkan aqidah yang benar agar kita dan generasi penerus kita tidak jatuh pada perbuatan syirik.
“....Tetapi tatkala bintang itu tenggelam, dia (Ibrohim) berkata “Saya tidak suka kepada yang tenggelam” ....” (QS Al An’am; 76). Sebagaimana bintang yang bermakna presasi itu pun akan tenggelam oleh prestasi generasi berikutnya. Selama-lama menjadi bintang kelas di kelas yang sama hanyalah setahun, dia naik kelas dan diganti oleh bintang kelas yang lain. Tidak mungkin dia mempertahankan menjadi bintang kelas di kelas yang sama selama dua tahun. Begitu juga dengan bintang-bintang yang lain, ia pasti akan tergeser dengan munculnya bintang yang baru.
“Kemudian tarkala dia (Ibrohim) melihat bulan terbit, dia berkata “Inilah Tuahnku” .... “(QS Al An’am; 77). Ayat ini jelas menunjukkan bahwa pada tahap keduanya, nabi Ibrohim menganggap bulan sebagai Tuhannya. Bulan adalah simbol dari ketampanan, kecantikan, keindahan, penampilan. Sebagaimana naluriyah manusia, setelah menginjak remaja, mereka senang pada penampilan yang menarik, senang berhias, senang mode dan sebagainya yang bersifat good looking.
“Kemudian tarkala dia (Ibrohim) melihat matahari terbit, dia berkata “Inilah Tuahnku. Ini yang lebih besar” .... “(QS Al An’am; 78). Pada tahap ketiganya nabi Ibrohim menganggap matahari sebagai Tuhannya. Matahari adalah simbol dari harta, uang, materi. Keinginan untuk mencari duit/ harta akan muncul setelah manusia mencapai usia dewasa.
Matahari memang menyilaukan bila dilihat langsung pada siang bolong, sama seperti harta, banyak yang silau dengan harta. Demi harta/ duit ini, mereka rela melakukan apa saja. Ada yang rela kepanasan setiap hari seperti petani, tukang bangunan. Ada yang rela jaga di malam hari seperti satpam. Ada yang rela menjual harga dirinya. Ada yang rela tidur di kuburan seperti pencari nomor togel. Bahkan bos besar pun rela lembur kalau proyek mereka menjelang deadline sementara pekerjaan belum kelar.
Matahari pun akhirnya harus tenggelam bila telah datang waktunya. Begitu juga naluriyah manusia pada umumnya, setelah mendapatkan apa yang dicarinya, tidak beberapa lama ia akan bosan juga. Orang yang baru kuat beli sepatu, ia akan selalu ingat sepatunya, menaruh pun akan hati-hati kuatir diambil orang. Tapi selang beberapa bulan, ia mulai bosan dengan sepatunya. Ingin rasanya mencari ganti sepatu lagi.
Orang yang baru kuat beli sepeda motor akan sangat merasa bangga dengan sepeda motornya, sering dilap, dicuci, disenggol kasar sedikit saja dia akan marah. Karena bangganya terhadap sepeda motornya itu, sampai-sampai begitu bangun pagi, yang ingin dilihat pertama adalah sepada motornya masih ada apa tidak. Namun setelah beberapa bulan, sepada motornya sudah mulai kurang menarik. Mencucinya sudah tidak sesering dulu, kalau bangun sudah tidak sepenasaran dulu ingin lihat sepeda lagi.
Kalau semua sudah dapat dipenuhinya, ia akan mulai merasa “Kok cuma gini ya”. Penelitian terhadap para milyader yang berpenghasilan lebih satu milyar per bulan ketika memasuki usia 50 tahun atau lebih, mereka akan merasa bahwa bukan ini yang aku cari, mereka merasa ada sesuatu yang bermakna di luar materi.
“Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku kepada Wajah yang menciptakan langit dan bumi dengan lurus. Dan aku bukan termasuk orang-orang yang menyekutukan-Nya” (QS Al An’am; 79).
Pencarian nabi Ibrohim terhadap Allah (secara bahasa berarti idola) akhirnya menuju pada satu Tuhan saja. Meninggalkan pengagungan terhadap prestasi, penampilan, materi/harta untuk hanya mengagungkan Allah saja. Pengagungan terhadap simbol bintang, bulan dan matahari itu hakekatnya adalah syirik belaka.
Oleh karena itu, kewajiban kita adalah mengikis habis pengagungan terhadap simbol-simbol tersebut untuk diarahkan kepada pengagungan yang seharusnya diagungkan yaitu Allah. Ini memang tidak mudah, namun bukan sesuatu yang mustahil. Kita bisa melakukan ini karena ada contoh manusia mulai yang dapat melakukannya, yaitu nabi Ibrohim.
Demikian, kurang lebihnya mohon maaf. Tak lupa berdoa semoga kita diberi kekuatan dan pertolongan untuk dapat mengikis habis pengagungan terhadap sesuatu selain Allah. Amin.
Salam Sukses Bahagia
By Nur Muhid.
Ingin Umroh?? Ada kendala biaya??? Mau kerja sampingan
Silakan kontak 0852 2580 5657


Label: , ,


.. selengkapnya ..!

Selasa, 20 April 2010

Bismillah

Bismillahirrohmaanirrohiim
Ada yang perlu diperhatikan dari penggunaan kalimat “bismi” pada kalimat Bismillahir rohmaanir rohiim sebagai ayat yang pertama dari surat Al Fatihah. Arti ayat itu adalah “Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang”. Mengapa menggunakan tambahan dua kata “dengan nama” di depan kalimat basmalah tersebut? Padahal dengan menggunakan kalimat “Allahur rohmaanir rohiim” artinya “Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang” sudah dapat memahamkan. Tentu hal ini ada hikmah di balik penggunaan dua kata itu.
Kita pernah mendengar statemen “Apalah arti sebuah nama?” tapi di sini kita dihadapkan pada statemen yang mengesankan pentingnya “nama”. Sekarang tugas kita adalah mencari apa saja urgennya dari penggunaan nama itu. Pertama, adanya ‘nama’ itu akan memudahkan untuk mencarinya. Contohnya; Bila kita minta tolong kepada seseorang yang belum mengenal flashdisk. Kita tunjukkan barang itu kepadanya sampai dia tahu perkiraan ukuran, bentuk dan warna dari flashdisk kita itu. Lalu kita minta supaya dia membelikan barang yang sudah dia amati itu namun kita tidak memberi tahu apa nama dan fungsinya. Apa yang terjadi?



Kita dapat membayangkan betapa seringnya dia harus merasa kecewa karena ditolak oleh penjual gara-gara tidak tahu namanya itu. Pertama mungkin dia akan pergi ke toko kelontong, di sana dia akan menerangkan kreteria barang yang akan dibelinya, lalu dia akan ditunjukkan korek gas/ bensol. Karena tidak cocok, dia pun menggeleng lalu pergi ke toko lainnya. Mungkin dia akan pergi ke toko obat, dia menerangkan kreteria barang itu, dia akan ditunjukkan beberapa jenis obat yang bentuknya sebagaimana yang dia terangkan. Dia harus pamit lagi karena tidak ada yang sesuai. Berikutnya mungkin dia pergi ke toko onderdil, di sana dia akan menerangkan lagi, lalu dia akan ditunjukan beberapa jenis onderdil. Lagi-lagi dia harus mundur untuk pergi ke toko lainnya. Mungkin dia pergi ke toko bangunan, ke toko alat-alat listrik dan sebagainya, semuanya akan menolaknya, kecuali ke toko aksesori komputer yang di sana tersedia flashdisk.
Kesimpulannya adalah bahwa mencari barang yang tidak diketahui namanya itu akan jauh lebih lama dan lebih sulit mendapatkannya dibandingkan dengan mencari barang yang sudah diketahui namanya. Begitu juga akan lebih lama kalau kita mencari file di komputer yang tidak diketahui nama filenya, dibandingkan dengan mencari file yang telah kita ketahui namanya. Demikian juga mencari orang yang tidak diketahui namanya, hanya diketahui ciri-ciri fisiknya saja.
Kedua, adanya ‘nama’ itu akan menjadikan sesuatu mudah dibedakan dari lainnya, sehingga akan tahu bagaimana memperlakukannya. Contohnya, meskipun sama-sama logamnya, yang satu dari emas yang lainnya dari kuningan. Yang berasal dari emas akan lebih diperlakukan istimewa dibandingkan yang terbuat dari kuningan. Tidak perduli bentuknya sama-sama gelangnya atau sama-sama kalungnya.
Ketiga, adanya ‘nama’ itu akan meringkas penggunaan kata. Misalnya; kita akan pergi menggunakan “bis”. Ini akan lebih singkat dibandingkan dengan menggunakan kata kita akan pergi menggunakan “kendaraan yang memuat banyak orang, yang di dalamnya tersedia lebih dari 25 tempat duduk”
Keempat, adanya ‘nama’ itu akan mengurangi salah paham. Misalnya; “Dalam acara jalan sehat nanti kita harus memakai tutup kepala agar seragam”. Perintah semacam ini dapat menimbulkan salah persepsi, bila ada yang memakai caping pak tani, ada yang pakai topi pramuka, jangan disalahkan, karena perintahnya adalah memakai tutup kepala. Berbeda kalau perintahnya harus memakai topi sekolah atau topi pramuka.
Kelima, adanya ‘nama’ itu akan .... ini adalah bonus buat Anda para pembaca, supaya menambahkan kegunaan, keuntungan, kelebihan dan hikmah dari penggunaan “nama” agar tulisan ini menjadi lebih lengkap. Kontribusi pembaca sangat penulis hargai dan harapkan.
Penggunaan kata “dengan” pada kalimat “dengan nama ....” ini dapat berarti mengagungkan, karena kata “bismi” itu dapat berarti “dengan nama” dan dapat juga berarti “demi nama”. Dalam tradisi masyarakat dunia pada umumnya, penggunaan kata “demi” itu adalah untuk mengagungkan sesuatu.
Jadi dianjurkannya untuk mengawali segala aktifitas dengan basmallah itu berarti kita dalam bertindak itu harus mempertimbangkan supaya mengagungkan Allah. Sehingga kita tidak boleh beraktifitas yang negatif. Dengan demikian amal kita akan menjadi baik karena amal yang kita lakukan adalah untuk mengagungkan Allah.
Kata “Dengan” itu mempunyai makna adanya keterlibatan. Oleh karena itu, setiap aktifitas yang diawali dengan basmalah, edialnya justru mendorong kita untuk bertindak lebih semangat dan lebih serius dalam menjalankan, karena kita melibatkan Allah dalam aktifitas kita. Masak sih ketika kita ditemani presiden, kita malah bekerja santai.
Mudah-mudahan tulisan sederhana ini, menjadi pemicu bagi kita agar kita selalu mengawali setiap aktifitas kita dengan membaca basmalah. Dan semoga dengan penggunaan basmalah dalam mengawali setiap aktifitas kita itu, Allah mencatat semua aktifitas kita sebagai amal kebaikan kita. Amin.
Salam Sukses Bahagia
By Nur Muhid.
0852 2580 5657




Label: ,


.. selengkapnya ..!

Senin, 12 April 2010

Interlock Qur’an (penguji iman)

Bismillaahirrohmaanirrohiim
Ada seorang non muslim yang sangat penasaran dengan kitab umat Islam, mengapa kitab ini ditulis dengan huruf Arab seragam di seluruh dunia, padahal kitab suci agama yang lain tidak demikian. Motivasi awalnya ia membuka al Qur’an adalah untuk mencari kelemahannya. Ia adalah Micheal Dove, seorang ahli matematika dan komputer dari Kanada.
Dari sejak surat pertama sampai surat ke surat ke 73, ia belum mendapatkan hal yang anggap sebagai kelemahanannya, ketika ia sampai pada surat ke 74 ayat 30, yang artinya “Di atasnya ada 19” karena ia seorang ahli matematika, ia dibuat penasaran dengan penyebutan angka 19 ini. Apalagi pada ayat 31 disebutkan bahwa salah satu alasan penyebutan angka itu adalah sebagai penguji.


Arti ayat 31 “ Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu kecuali dari malaikat; dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al Kitab menjadi yakin dan supaya orang-orang yang beriman bertambah imannya ....”
Dalam benak Dove timbul rasa penasaran “masak sih angka 19 itu dapat menambah iman bagi orang yang beriman, dapat membuat yakin bagi orang yang diberi Al Kitab, menjadi cobaan bagi orang-orang kafir?”
Ia mulai mengutak-atik angka 19 itu. Mulai dari keunikan angka 1, yaitu a. Angka pertama dari bilangan asli, b. 1 kalau dikalikan dengan bilangan berapa pun akan ketemu bilangan pengali tersebut, misalnya 1 x 2 = 2, 1 x 9 = 9, 1 x 100 = 100
Angka 9, keunikannya adalah a. bilangan tertinggi, b. bila dikalikan dengan bilangan asli berapa pun lalu hasil perkalian itu dijumlahkan, maka akan ketemu angka 9, misalnya
9 x 2 = 18 à 1+ 8 = 9
9 x 3 = 27 à 2 + 7 = 9
9 x 7 = 63 à 6 + 3 = 9
9 x 500 = 4.500 à 4 + 5 + 0 + 0 = 9.
Dst.
Setelah ia mengurai angka 19 ini lalu dihubungkan dengan iman, ia merasa tidak sedikit pun mempengaruhi keimanan, baik menjadi yakin atau menambah iman. Oleh karena itu, ia berkesimpulan bahwa inilah kelemahan isi Al Qur’an. Akan tetapi sesaat kemudian ia tersadar bahwa ia belum menghubungkan dengan teks ayat-ayat yang lain. Lalu ia membuka dari halaman pertama, ia mulai dari ayat 1 surat Al Fatihah
بسم الله الرحمن الرحيم = ب + س + م + ا + ل + ل + ه + ا + ل + ر + ح + م + ن + ا + ل + ح + ي + م = 19 menemukan fakta ini, ia bilang “Ah, ini cuma kebetulan”.
Lalu ia menghitung jumlah surat dalam Al Qur’an, jumlahnya ada 114, ia langsung hubungkan dengan angka 19, yaitu dengan membaginya. 114 : 19 = 6. hasilnya pas tanpa koma. Ini pun ia bilang “Ah, ini cuma kebetulan aja”
Dalam menghitung jumlah surat tadi, ia mendapati ada surat yang tidak diawali dengan basmalah, yaitu pada surat ke 9 (surat At Taubah). Ia mengira ini adalah kelemahnnya. Namun ia kembali disadarkan untuk mengecek dalam setiap surat, barangkali ada disebut di sana. Ternyata benar, ia menemukan basmalah secara lengkap berada pada surat An Naml (surat ke 27) ayat 30. Ia jumlah posisi ayat dan suratnya, yaitu 30 + 27= 57 à angka 57 : 19 = 3, lagi-lagi pas tanpa koma.
Ia juga menghitung interval antara surat yang tidak ada basmalahnya yaitu surat ke 9 sampai di surat yang memuat basmalah, yaitu surat ke 27. Ia menghitung dari 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27. ternyata intervalnya juga berjumlah 19.
Jumlah kata dalam kalimat bismillaahirrohmaanirrohiim, yang terdiri kata ism ada 19, (19 : 19 = 1). kata Allah ada 2.698, kalau dibagi 19 ada 142. jumlah kata Ar Rohman ada 57, bila dibagi 19 ada 3. jumlah kata Ar Rohim ada 114, bila dibagi 19 ada 6
Lima ayat dari wahyu pertama turun, yaitu ayat 1 – 5 surat Al ‘Alaq, ia hitung, jumlahnya ada 76 huruf. Angka 76 dibagi 19 ada 4. (bila Anda ingin membuktikan, silakan dengan Al Qur’an terbitan Madinah, karena kebanyakan dari Al Qur’an terbitan Indonesia, sering mengganti harokat berdiri dengan huruf alif, hal ini dapat membuat penambahan jumlah huruf dalam Al Qur’an). Surat Al ‘Alaq ini berjumlah 19 ayat, kalau dihitung dari belakang, surat ini menjadi urutan yang ke 19.
Begitulah seterusnya, ditemukan lebih dari 25 yang berhubungan dengan angka 19 ini. kalau awalnya ia boleh mengatakan bahwa itu adalah kebetulan, tapi setelah berkali-kali mendapatkan sesuatu yang unik seperti itu, ia tidak lagi dapat mengatakan bahwa itu adalah kebetulan lagi. Tapi ini pasti disengaja. Kesengajaan yang unik adalah hal yang ajaib. Dan keajaiban yang tidak dapat ditiru oleh manusia seperti itu adalah mukjizat.
Dalam buku yang berjudul “Membumikan Al Qur’an” kaya M. Quroisy Sihab. Disebutkan bahwa ada keseimbangan antara kata dan lawan katanya di dalam Al Qur’an, misalnya hidup dan mati, masing-masing disebut 145 kali. Manfaat dan madlorot, masing-masing disebut 50 kali. Kebaikan( sholihat) dan keburukan (sayyi’at), masing-masing disebutkan 167 kali. Panas dan dingin, masing-masing disebut 4 kali dst.
Ada pula keseimbangan antara kata dengan akibatnya, misalnya infaq dan ridlo, masing-masing disebut 73 kali. Kikir dan penyesalan, masing-masing disebut 12 kali. Keji dan marah, masing-masing disebut 26 kali dst.
Juga ada keseimbangan kata dan penyebabnya, misalnya pemborosan dan ketergesa-gesaan, masing-masing disebut 23 kali. Nasihat dan lidah, masing-masing disebut 25 kali. Tawanan dan perang, masing-masing disebut 6 kali dst.
Keseimbangan antara kata dengan kenyataan, misalnya kata hari dalam bentuk tunggal disebut 365 kali sama seperti jumlah hari dalam setahun. Kata hari dalam bentuk plural ( ayyam dan yaumaini) berjumlah 30 sama seperti jumlah hari dalam satu bulan. Kata bulan disebut 12 kali sama seperti jumlah bulan dalam setahun.
Al Qur’an menantang semua manusia untuk membuat yang setara dengan Al Qur’an, Sebgaimana yang tertera dalam surat Al Isro’; 88.
Artinya “Katakanlah; “Sungguh! Jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat sesuatu yang serupa dengan Al Qur’an ini, tiadalah mereka sanggup membuat yang serupa seperti dia, sekalipun mereka saling membantu”
Untuk membuktikan kebenaran tantangan ini, Anda boleh mencobanya. Cobalah buat tulisan bebas temanya, bebas jumlahnya, mau sedikit selembar kwarto atau lebih banyak dari itu. Kreterianya ada keseimbangan dalam penggunaan kata-katanya, kata-katanya berbobot, kata-katanya juga indah, ada kata yang sengaja dibuat sebagai kelipatannya. Selamat mencoba!.
Demikian, kurang lebihnya saya mohon maaf, harapan saya semoga tulisan ini bermanfaat. Amin. Hanya kepada Allahlah kembali segala urusan.
Salam Sukses Bahagia
By Nur Muhid.
Ingin Umroh??? Ada kendala biaya??? Mau kerja sampingan???
Silakan kontak 0852 2580 5657

Label: ,


.. selengkapnya ..!

Senin, 05 April 2010

Mengelola Hati

Bismillahirrohmaanirrohiim
Dalam kitab Ihya’ Ululmuddiin, Imam Ghozali memberikan penjelasan bahwa perkembangan rohani menuju hati yang sehat itu mirip dengan perkembangan badan. Badan akan berkembang dengan baik, normal dan sehat, bila memenuhi beberapa unsur pendukungnya, seperti makan makanan yang sehat, olah raga yang baik dan teratur, menjaga dari hal-hal yang dapat menyebabkan sakit atau celaka.
Mengurangi unsur-unsur pendukung itu akan menyebabkan tumbuhnya badan menjadi tidak normal. Misalnya tidak makan, maka meskipun badan dapat tumbuh, namun tumbuhnya tidak akan bisa ideal. Atau makan tapi tidak bergerak, juga dapat menyebabkan tumbuhnya badan menjadi tidak normal. Atau diberi makan dan dipakai olah raga, tapi tidak menjaga dari yang menyebabkan sakit dan celaka, maka itu pun dapat menyebabkan tumbuhnya badan menjadi tidak optimal.


Demikian pula dengan rohani, ia perlu mendapat asupan makanan berupa ilmu. Ilmu yang masuk harus ilmu yang menyehatkan, sebab input ilmu itu akan mempengaruhi output mindset dan tindakannya. Apa nutrisi ilmu yang dimasukkan akan mempengaruhi apa yang akan dilakukannya. Seperti orang yang memasukkan pengertian bahwa time is money, maka ia akan selalu berpikir untung rugi, hubungan yang dibangun dengan orang lain menjadi lebih transaksional daripada emosional. Dia akan menjalin hubungan dengan seseorang selama ia menguntungkan, bila sudah tidak lagi menguntungkan, maka hubungannya akan ia putus.
Orang yang memasukkan pengertian bahwa hidup bahagia itu seperti orang barat, maka ia akan mengkopi gaya hidup orang barat untuk ia terapkan dalam kehidupannya dan ia akan mengukur segala sesuatu itu dengan kaca mata budaya barat.
Orang yang memasukkan pengertian bahwa agama adalah way of life, maka ia akan bertindak sesuai dengan ajaran agama dan ia pun akan mengukur segala sesuatu itu dengan kaca mata agama. Oleh karena itu, hendaklah selektif dalam memasukkan ilmu, pilihlah ilmu yang menyehatkan rohani/ hati agar hati kita menjadi hati yang sehat dan selamat (qolbun saliim).
Kalau badan butuh oleh raga, maka rohani / hati pun juga butuh olah hati, yaitu berupa pembiasaan yang baik dan teratur, seperti solat; solat yang baik itu tidak hanya sekedar menjalankan, tapi dijalankan dengan khusyuk atau penuh dengan kesadaran, memahami apa yang dibaca dan memahami simbol dari gerakan yang dilakukan. Gerakan-gerakan dalam solat itu adalah bentuk dari jenis-jenis penghormatan. Oleh sebab itu, perasaan menghormat ini hendaknya dihayati, sehingga menimbulkan perasaan khusyuk.
Solat juga harus teratur, artinya sedapat mungkin berjamaah untuk solat yang fardlu, sedang untuk solat sunah hendaknya juga teratur dilakukan, seperti solat malam, dhuha, rowatib dan tahiyyatul masjid.
Termasuk dalam kategori olah hati adalah zikir. Zikir ini tidak sekedar menghafal bacaan dengan menggerakkan mulut seperti ikan mujahir atau sapi, tapi ada penghayatan di dalam hati. Zikir juga bukan sekedar melafalkan bacaan-bacaan tertentu, tapi semua aktifitas yang mengingatkan diri kepada Allah, bentuk aktifitasnya bisa berupa berpikir, mengamati sesuatu, bekerja, berdiskusi, membaca Al Qur’an dan sebagainya.
Rohani/hati juga butuh treatment, menjaga dari hal-hal yang menyebabkan sakit atau celaka. Seperti menjaga hati dari iri, dusta, dendam, bakhil, mengeluh/ tidak bersyukur, ghibah /gosip, membuka aib orang, sombong, ujub dan lain-lain. Penyakit-penyakit hati ini harus diobati supaya membuat hati menjadi sehat.
Caranya adalah dengan membiasakan lawan dari penyakit itu. Misalnya sakit sombong, harus diobati dengan membiasakan sikap rendah hati. Iri harus diobati dengan membiasakan sikap qonaah. Dendam diobati dengan membiasakan memaafkan. Dusta diobati dengan membiasakan kejujuran. Bakhil diobati dengan membiasakan sedekah. Mengeluh diobati dengan membiasakan banyak bersyukur, dan seterusnya.
Mengobati penyakit-penyakit hati ini butuh waktu, prosesnya tergantung kadar dari penyakitnya. Kalau ringan ya akan cepat sembuh, kalau sudah kronis ya butuh waktu yang lebih lama dan terapi yang khusus serta ketekunan dan kesabaran pasien. Bahkan kadang perlu berobat ke dokter hati yang ahli kalau memang dibutuhkan.
Puasa, makan tidak sampai kenyang benar, mengurangi bicara, mengurangi hal yang sia-sia, menjaga makan dari yang syubhat dan kumpul dengan orang solih juga dapat menjadi cara untuk mentreatment hati dari penyakit-penyakit hati.
Demikian ulasan sederhana ini, semoga bermanfaat bagi kita semua dan semoga kita senantiasa diberi kekuatan dan pertolongan oleh Allah sehingga kita dapat mengelola hati kita menjadi hati yang sehat dan selamat. Amien ya robbal ‘alamien
Salam Sukses Bahagia
By Nur Muhid


Ingin Umroh??? Ada kendala biaya???? Mau kerja  sampingan????
Silakan kontak 0852 2580 5657

Label: ,


.. selengkapnya ..!