Sabtu, 27 Februari 2010

Tip atasi kecewa

-->Bismillaahirrohmaanirrohiim Mengapa kita sering kecewa telah bekerja keras bila kita mengalami kegagalan? Mengapa kita sering merasa menyesal telah beribadah bila masalah kita tak kunjung selesai? Mengapa kita merasa sia-sia telah berjuang bila apa yang kita harapkan itu tidak kunjung terwujud?
Di dalam kitab Hikam disebutkan bahwa yang secara bebas artinya “Sebagian dari indikator orang yang mengandalkan usahanya, adalah harapannya akan mudah goyah ketika muncul kesalahan.” Artinya orang yang mengandalkan usahanya akan mudah kecewa ketika harapannya tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya; orang yang telah lama bekerja keras, ibaratnya sampai kaki dijadikan kepala, kepala dijadikan kaki, namun kok masih belum kaya juga. Padahal ia mengetahui ada orang yang kalah rajin kerjanya dibandingkan dirinya kok sudah jauh lebih kaya.

Disebabkan kenyataan yang tidak sesuai dengan harapannya ini, akhirnya dia putus asa, ia merasa kecewa telah bekerja keras karena hasil akhirnya cuma demikian. Kadang timbul pula pikiran yang mempertanyakan keadilan dan keberadaan Allah, mengapa Allah tidak memberi hasil sesuai dengan apa yang ia usahakan? Ini tidak adil!
Atau contoh lainnnya; orang yang sakit, padahal telah pergi berobat ke mana-mana, dengan biaya yang banyak pula, tapi kok ya belum sembuh, sedang tetangganya yang sakitnya lebih parah dari dirinya kok sudah sembuh cukup dengan hanya minum jamu, murah pula harganya. Sebab membandingkan keyataan itu, ia pun kecewa, ia menyesal telah mengeluarkan biaya banyak, ia merasa galau karena faktanya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Kalau tahu hasilnya akan seperti ini, dari dulu tidak usah berobat saja, katanya dalam hati.
Contoh lainnya; orang yang telah beribadah dengan tekun, salat berjamaahnya ia jaga dengan baik, tapi kok masalahnya seperti datang terus bertubi-tubi, seakan-akan tiada henti-hentinya. Padahal ia melihat seakan-akan orang lain yang tidak serajin ia dalam beribadahnya seperti hidup tanpa masalah. Sehingga timbul perasaan kecewa, merasa percuma beribadah dengan rajin. Timbul pula keinginan untuk bermalas-malas dalam beribadah, bahkan kalau saja tidak ada sangsi berat bagi yang meninggalkan salat, ia tidak akan pernah salat lagi, percuma! Karena ia merasa bahwa salat tidak membantu menyelesaikan masalah-masalahnya. Hanya menyita waktu saja, bisiknya dalam hati.
Demikian itulah gambaran bagi siapa saja yang bergantung kepada amal atau usahanya dalam kehidupan ini. Orang yang bergantung kepada amal atau usahanya, ketika berhasil akan merasa bahwa dirinya hebat (ujub), kesuksesannya adalah dikarenakan upaya kerja kerasnya. Ia menganggap bahwa Allah seperti tidak ada atau sengaja tidak dianggap ada, atau dianggap ada tapi sama sekali tidak berperan dalam kesuksesannya itu. Padahal sesungguhnya ia sedang tertipu, ia menyaingi Allah, sesuatu yang mustahil dilakukan oleh seorang hamba. Tanpa seijin Allah, ia tidak bakal pernah sukses. Sesungguhnya ia lemah dan remeh, tapi merasa kuat dan hebat.
Sebaliknya, orang yang bergantung kepada amalnya kalau mengalami kegagalan, ia akan mudah kecewa, seperti gambaran di atas tadi. Padahal semua amal itu, kalau diniatkan secara ikhlas, tidak ada yang sia-sia barang sekecil apa pun. Perjuangan sekecil apa pun akan diberi balasan, bekerja seremeh apa pun akan diberi upah, biaya berobat sesedikit apa pun akan menjadi amal kebaikan. Jadi apa yang harus kita kecewakan lagi, bila semua yang telah kita lakukan itu akan diberi balasan, semua yang kita lakukan akan diberi upah, semua yang kita lakukan akan menjadi amal kebaikan bagi kita. Tidak ada yang sia-sia sedikit pun. Manusia tidak akan didlolimi sekecil apa pun.
Berarti semua yang kita lakukan itu sesungguhnya adalah keberhasilan bagi kita, kesuksesan bagi kita, kesuksesan yang akan kita nikmati di akhirat nanti. Disebut kesuksesan karena kita telah berhasil berbuat sesuatu, sebab Allah tidak akan menanyakan seperti apa hasilnya, tapi seperti apa prosesnya. Jadi mestinya tidak ada yang perlu kita kecewakan bila kita telah melakukan sesuatu, terlepas apakah ada hasilnya atau tidak. Karena hasil atau tidaknya itu bukan wewenang kita.
Kesimpulannya bahwa orang yang bergantung pada amalnya itu akan jatuh pada dua kemungkinan yang sama buruknya.
1. menjadi ujub (merasa hebat) sehingga tidak menganggap bahwa Allah itu ikut berperan dalam kesuksesannya.
2. menjadi suul adab (jeleknya adabnya) kepada Allah, seperti berani memastikan sesuatu yang belum terjadi, seperti itu pasti kalah, itu pasti gagal, itu pasti menang, lancang terhadap keputusan Allah. Contoh suul adab lainnya adalah menuduh Allah tidak adil, karena sudah bekerja kok tidak diberi hasil, sudah berobat kok tidak diberi sembuh, sudah beribadah kok masih banyak masalah, dst.
Jadi, agar kita bisa selamat dari dua kemungkinan buruk itu, kita harus mempunyai sikap;
a. jangan bergantung kepada amal yang kita lakukan, karena tugas kita adalah beramal/ berupaya, bukan pada menghasilkan atau tidaknya sesuatu,
b. berantung hanya kepada Allah, serahkan segala sesuatunya kepada keputusan Allah semata, termasuk hasil tidaknya dari proses yang kita lakukan itu,
c. beramal dengan ikhlas karena Allah semata. Jangan beramal karena menginginkan hasil tertentu, sebab apa-apa yang kita lakukan itu pasti akan diberi balasan yang setimpal dan tidak akan pernah didlolimi sedikit pun oleh Allah.
Demikian ulasan sederhana ini, semoga bermanfaat bagi kita semua dan semoga kita senantiasa diberi kekuatan dan pertolongan Allah sehingga kita dapat beramal dengan ikhlas semata-mata karena Allah saja. Amien ya robbal ‘alamien
Salam Sukses Bahagia
By Nur Muhid
-->
Ingin Umroh??? Ada kendala biaya???? Mau kerja  sampingan????
Silakan kontak 0852 2580 5657


Label:


.. selengkapnya ..!

Jumat, 26 Februari 2010

Cinta Rosul

-->Bismillaahirrohmaanirrohiim Inilah bukti bahwa bahwa nabi Muhammad saw adalah rahmatan lil ‘alamien (kebaikan bagi semesta alam). Sejarah telah mencatat bahwa ada dua negara super power ketika menjelang kelahiran nabi Muhammad saw, yaitu Romawi di barat dan Persi di timur. Keadaan sosial di kedua negara itu sudah sama-sama bobroknya. Di Romawi ketika itu, para pemuka agamanya sudah tidak religius lagi, mereka membungkus kebusukan kelakukannya dengan jubah kebesarannya, mereka membungkus makian, mereka membungkus keserakahan, mereka membungkus dendam kesumat, mereka membungkus perzinahan, mereka membungkus semua kebejatannya dengan jubah kebesarannya yang dipoles dengan mengatasnamakan agama dan bahkan dengan mengatasnamakan Tuhan.
Para pemuka agama ini juga membungkam kebebasan berpikir masyarakat,

mereka sangat alergi dengan orang pintar. Kalau ada orang pintar yang mengemukakan sesuatu yang baru dan berbeda dari suara gereja, meskipun itu benar dan didukung oleh hasil penelitian ilmiah, para pemuka agama itu akan menentang, mereka akan menggunakan kekuasaan negara untuk menyingkirkannya. Inilah antara lain daftar pemikir yang dibinasakan gereja ; Johannes Scotus Erigena, Albertus Magnus, Roger Bacon, Giordano Bruno, Galileo Galilei, La Mattrie, Holbach, Campanella, Hypatia dan sebagainya.
Bangsa Barbar di Afrika Utara tidak diakui hak-haknya oleh bangsa Romawi, sehingga mereka lahir hanya bernasib untuk menjadi budak bagi negara Romawi. Orang Yahudi di Spanyol ditindas oleh penguasa kristen di sana, selayaknya penindasan rezim Fir’aun atas Bani Isroil di jaman purbakala.
Orang-orang yang kaya di antara mereka memperbudak orang-orang miskin. Para buruh hanya mendapat sekedar untuk makan pas-pasan. Ketika itu, martabat wanita sangat rendah, nyaris tak berharga, karena dianggap hanya akan membebani hidup saja, tak heran bila ketika itu para wanita menjadi korban kekerasan seks para pria tanpa perlindungan, perzinahan bebas, bahkan kaesarnya sendiri yang bernama kaesar Nero sampai memperkosa ibu kandungnya sendiri! Kaesar ini juga mempunyai kegemaran aneh bin gila!, yaitu gemar melihat kota kebakaran, dan untuk memenuhi kegemaran aneh bin gilanya ini, si kaesar ini menyuruh membakar kota di negaranya sendiri! Nama kaesar itu sekarang diabdikan oleh seseorang yang membuat program coppy CD yang menamai programnya dengan program Nero dengan burn-nya itu.
Sementara keadaan sosial di Persi kala itu juga tidak jauh berbeda dengan apa yang berlangsung terjadi di Romawi. Perekonomian dikuasai oleh para tuan tanah, masyarakat umum hanya bisa menahan penderitaan panjang akibat penindasan dari para tuan tanah itu. Masyarakat benar-benar tertindas tanpa perlindungan. Orang-orang yang pintar, demi mendapat upah, rela memperbodoh orang-orang yang memang sudah bodoh dengan memberikan pembenaran-pembenaran atas kelakuan jahat para tuan tanah. Pelecehan seks terhadap perempuan juga terjadi di Persi ini, tak tanggung-tanggung sampai istri selir raja saja boleh digauli oleh siapa saja, dari para pembesar negara itu, yang menginginkannya!
Jaman ketika itu, adalah jaman yang tercatat paling rusak, paling bobrok dalam sejarah, kerusakan dan kebobrokannya telah terjadi di seluruh penjuru pelosok dunia. Betul-betul kerusakan yang nyaris sempurna! Untung nabi Muhammad dilahirkan, sebab kalau saja nabi Muhammad tidak dilahirkan, tentu dunia ini telah kiamat karena keburukan dunia yang sudah tidak tak terperikan lagi.
Lalu seperti apakah bentuk riil dari nabi Muhammmad saw sebagai rahmatan lil ‘alamin itu? Perjuangan beliau dalam menegakkan ajaran agama Allah dan memperbaiki akhlak manusia itu ternyata mampu menarik simpati masyarakat luas. Hal ini membuat para pemuka agama di barat maupun di timur memaksa diri mereka untuk memperbaiki sikap mereka, sebab kalau mereka tidak segera memperbaiki kelakuan bejat mereka, mereka akan kehilangan pengikut-pengikut mereka.
Jadi pengaruh dari gerakan dakwah nabi Muhammad inilah yang berdampak kepada kebaikan bagi seluruh alam. Para pemuka agama yang tadinya jahat sekarang telah berubah menjadi santun kepada para pengikutnya sebab pengaruh dakwah nabi ini. Para raja merubah kebijaksanaannya menjadi tidak semena-mena dulu lagi karena pengaruh dakwah nabi, sebab kalau tidak segera merubah kebijaksanaannya, masyarakatnya akan mencari perlindungan kepada pemerintahan nabi. Para tuan tanah dan orang-orang kaya juga merubah sikapnya menjadi tidak sekejam dulu lagi sebab pengaruh dakwah nabi. Sebab kalau mereka tetap menindas masyarakat sekejam dulu, maka masyarakat akan mengundang pasukan nabi supaya membebaskan mereka.
Perubahan telah terjadi di semua sektor. Pengaruh dakwah nabi telah mampu merombak wajah dunia dari wajah dunia dengan tatanan sosial yang paling buruk dalam sejarah menjadi wajah dunia dengan tatanan sosial yang paling baik dalam sejarah. Sungguh luar biasa dahsyat pengaruh dakwah nabi Muhammad saw ini. benar-benar kebaikan bagi semua alam.
Dari uraian ini, berarti kita semua berhutang budi yang amat besar kepada nabi Muhammad saw, yaitu kita tidak lahir untuk menjadi budak dengan pakaian kumal penuh dengan penderitaan. Tapi atas jasa beliau itu kita dapat hidup seperti sekarang ini. Hutang budi kita kepada beliau ini tidak bisa cukup dibalas hanya dengan memuji kepada nabi Muhammad saw seratus kali tiap hari, tidak cukup dengan seribu kali, tidak cukup pula berapapun jumlahnya kita memuji beliau setiap harinya! Satu-satu cara membalas hutang budi kita kepada beliau yang sepadan adalah kita mengikuti beliau dengan baik. Kita mengamalkan susnah beliau dengan baik.
Yang menjadi pertanyaan adalah apakah kita termasuk orang yang tahu balas budi apa tidak? Bila jawabnya ‘ya’, maka tidak ada pilihan lain selain mengikuti beliau dengan baik. Jadi jawabnya adalah tindakan nyata bukan sekedar jawaban ‘ya’ di mulut.
Demikian ulasan sederhana ini semoga bermanfaat bagi kita semua dan semoga kita termasuk orang-orang yang mengikuti nabi Muhammad saw dengan baik serta senantiasa mendapat taufiq dan hidayah-Nya. Amien.
Salam Sukses Bahagia
By Nur Muhid


Ingin Umroh??? Ada kendala biaya???? Mau kerja  sampingan????

Silakan kontak 0852 258 5657

Label:


.. selengkapnya ..!

Jumat, 19 Februari 2010

Gambaran riya

Bismillaahirrohmaanirrohiim
Banyak gambaran yang dipaparkan oleh Al Qur’an berbagai contoh amalan yang dilakukan secara riya. Salah satunya adalah sebagaimana yang tertera di ayat 266 surat Al Baqoroh. Allah berfirman :
ايودُّ احدُكم ان تكون له جنّةٌ من نخيل واعناب تجري من تحتها الانهارُ له فيها من كلّ ثمرات واصابَه الكبرُ وله ذريّةٌ ضعفاءُ فاصابها اعصارٌ فيه نارٌ فاحترقت كذالك يبيّن الله لكم الايات لعلّكم تتفكرون
Artinya : “Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu memikirkannya.”
Bisa kita bayangkan betapa kecewanya orang yang sudah tua,

ia mempunyai kebun yang sangat subur, kebun itu dia tanami berbagai macam tanaman buah, bertahun-tahun dia merawat agar tanaman-tanamannya itu dapat hidup dengan subur dan dapat berbuah dengan lebat. Kini tanaman itu telah berbunga dengan lebat, hari berganti hari bunga itu berangsur-angsur berubah menjadi buah. Buah-buah ini pun berangsur-angsur membesar dan menua. Apa yang telah lama diharapkannya sekarang mulai nampak di depan mata. Kini datanglah saat yang dinanti-nantikannya itu, yaitu saat di mana dia akan memanen buah-buahan yang diidamkannya itu. Tiba-tiba bencana alam datang yang meluluh-lantakkan seluruh isi kebun itu. Tak satu pun buah yang dapat dipetiknya.
Padahal dia mempunyai tanggung jawab menghidupi keluarga. Kalau harus menanam kembali, rasanya sudah tidak mungkin lagi, karena dirinya telah tua, tenaganya telah lemah, sementara anak yang diharapkan dapat membantunya masih kecil, belum bisa diandalkan. Yang mestinya dia dapat pensiun dari hasil kebun itu, namun ternyata faktanya tidak demikian. Apa yang diharapkan itu sekarang telah musnah. Sekarang dia harus menerima kenyataan pahit itu dengan sangat kecewa sekali.
Begitulah gambaran ketika di akhirat nanti, orang yang beramal dengan riya yang menyangka bahwa salat berjamaahnya, zakat tiap bulannya, haji tiap tahunnya dan sedekah-sedekahnya itu semua akan membahagiakan dirinya di akhirat, ternyata kosong karena amal-amalnya itu ditelan riya. Apa yang dulu diharapkan itu sekarang telah hilang, mau kembali hidup di dunia lagi sudah tidak mungkin, mau berbuat baik dengan ikhlas tapi sekarang bukan saatnya lagi. Jadi tidak ada pilihan lagi kecuali melangkah dengan penuh penyesalan yang dalam.
Demikian ulasan sederhana ini, Semoga kita semua terhindar dari penyakit beramal dengan riya. Amin.
Salam Sukses Bahagia
By Nur Muhid.
0852 258 5657

Label:


.. selengkapnya ..!

Kamis, 18 Februari 2010

Anehkah kita?

-->Bismillaahirrohmaanirrohiim Bila kita membaca komentarnya Syeh Ibrohim bin Ashom mengenai keunikan kita, kita akan sadar bahwa kita ini memang aneh. Aneh seperti apa sih? Mari coba kita perhatikan statemen berikut ini :
1. Kita mengakui bahwa Allah itu haq ada-Nya, haq janji-Nya, haq surga-Nya, haq neraka-Nya. Namun kita tidak melakukan apa yang menjadi hak-hak Allah dengan baik dan sungguh-sungguh. Padahal kita terhadap atasan kita di kantor atau di mana pun di bidang kehidupan ini, yang ada kemungkinan mengingkari janjinya, yang ada kemungkinan tidak akan selamanya menjadi atasan kita, kita sangat taat. Kalau karena ada perasaan takut dipecat. Mengapa kita merasa aman dengan siksa-Nya dengan

menyepelekan perintah-perintah-Nya? Kebalkah kita dengan siksa-Nya? Mengapa kita lebih mentaati sesuatu yang sementara keadaannya? Mengapa kita lebih takut kepada sesuatu yang kecil kekuasaannya?
2. Kita mengakui bahwa kita mencintai nabi Muhammad saw, tapi tidak mau menjalankan sunah-sunahnya. Apakah cukup pengakuan tanpa bukti? Apakah kita senang bila ada orang bilang “Saya mencintai Anda”, tapi perilakunya sama sekali tidak menunjukkan bahwa dia mencintai Anda? Apa yang kita anjurkan, tidak dia pedulikan, dia mengikuti anjuran-anjuran dari orang yang selain dari kita. Apa yang kita senangi, tidak dia lakukan. Apa yang kita benci, tidak dia jauhi. Apakah perilaku kita juga demikian terhadap nabi kita?
3. Kita ingin masuk surga, namun kita tidak mau menjalankan amalan-amalan ahli surga. Ibarat kita mau ke Jakarta, sedang posisi kita di semarang, kita tidak melangkah sebagaimana apa yang ditempuh oleh orang-orang yang mau ke Jakarta, kita malah melangkah ke arah Surabaya, yaitu arah yang berlawanan, padahal kita ingin sampai di Jakarta. Mungkinkah itu terwujud?
4. Kita tidak ingin masuk ke neraka, tapi amalan-amalan kita seperti amalan-amalan ahli neraka. Ibarat kita ingin selamat dari jurang yang dalam, namun kita malah mendekatinya dan bermain-main di tepian jurang itu. Selamatkah kita dari jurang bila kita bermain-main di tepian jurang itu? Selamatkah kita dari api neraka bila kita melakukan amalan-amalan ahli neraka?
5. Kita mengakui bahwa setan itu adalah musuh bagi kita, tapi kita malah berteman dengannya. Al Qur’an telah beberapa kali mengingatkan kepada kita bahwa “setan itu musuh yang nyata bagimu”. Bagaimana pun kita berbuat baik kepadanya dan seakrab apa pun kita dengan setan, ia tetap saja akan menyesatkan kita. Tidak ada kata kasihan atau pilih kasih dari setan terhadap kita, semuanya akan ia sesatkan kecuali orang-orang yang ikhlas. Mungkinkah kita akan selamat dari musuh kita bila kita selalu menuruti kemauan musuh kita itu?
6. Kita yakin bahwa mati itu adalah sesuatu yang pasti terjadi, tapi kita tidak mempersiapkan diri untuk menyambutnya. Kita sering merasa bahwa kematian kita masih lama, sehingga kita merasa aman bila perilaku kita jauh dari ajaran agama yang melalaikan kita dari mempersiapkan bekal kematian kita. Apakah kita tahu pasti kapan kita akan mati, sehingga merasa aman menunda-nunda mempersiapkan bekal kematian kita? Sampai kapankah kita akan terus begini?
7. Kita melayat dan mengantarkan jenazah, tapi kita tidak mengambil pelajaran darinya. Bila kita melayat kepada seseorang yang jenazah itu disolatkan dan diantarkan ke kuburan oleh orang banyak, maka tanyakanlah pada diri kita “Apakah bila saya mati nanti, orang yang mensolatkan dan yang mengantarkan jenazah saya akan sebanyak ini? Amalan sebanyak apakah yang sayas perbuat sehingga membuat banyak orang senang mensolatkan dan mengantarkan jenazah saya ke kuburan nanti? Bila kita melayat kepada seseorang yang jenazah itu disolatkan dan diantarkan oleh sedikit orang, maka tanyakanlah pada diri kita “Apakah jika saya mati nanti, orang yang mensolatkan dan orang yang mengantarkan jenazah saya akan sama sedikitnya dengan orang yang mensolatkan dan mengantarkan jenazah ini?” Tinggalkanlah amalan-amalan buruk kita sedikit demi sedikit, sehingga saat kematian kita nanti, kita menjadi lebih baik dari saat ini.
Demikian ulasan sederhana ini, Semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Salam Sukses Bahagia
By Nur Muhid


Ingin Umroh??? Ada kendala biaya???? Mau kerja  sampingan????
Silakan kontak 0852 258 5657

Label:


.. selengkapnya ..!

Senin, 15 Februari 2010

Hakekat Taubat

-->Bismillaahirrohmaanirrohiim Bila kita merenungkan tentang kita, mulai dari bahwa kita itu diciptakan seperti apa yang sekarang kita alami seperti ini, kita tidak pernah merasa telah memesan kepada Allah sebelumnya. Tidak ada di antara kita yang telah merasa memesan kepada Allah supaya diciptakan laki-laki atau diciptakan perempuan, dijadikan orang kafir atau dijadikan orang beriman, dicetak sebagai orang yang berilmu atau dicetak sebagai orang bodoh dan seterusnya. Kita menerima apa adanya tanpa mempunyai kewenangan untuk memilih sedikit pun sebelumnnya. Jadi atas kehendak mutlak Allahlah kita diciptakan menjadi orang yang beriman.
Pernahkah kita berpikir seandainya Allah menjadikan kita termasuk orang-orang kafir? Yang hidup lalu mati semata2 untuk dijadikan bahan bakar neraka?

Betapa buruk sekali nasibnya bukan? Apakah tidak pernah terpikir oleh kita bahwa betapa beruntungnya kita, karena kita dijadikan orang yang beriman, yang diperintah beribadah untuk diberi balasan surga?
Yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana kita menyikapi kebaikan Allah itu? Apakah kebaikan Allah itu akan disia-siakan saja? Apakah air susu akan dibalas dengan air tuba? Bagaimana sekiranya kita mengasihi dan menyayangi anak kecil dengan penuh perhatian lalu anak kecil itu melonjak dengan memusuhi dan meremehkan kita? Marahkah kita atau kita tetap menyayangnya? Jawaban normalnya pasti kita akan marah pada anak kecil itu. Lalu bagaimana dengan sikap kita terhadap kebaikan Allah itu? Apakah kita mambalas kebaikan dengan kebaikan atau sebaliknya?
Bagaimana perasaan kita bila anak kecil yang kita sayangi dan kita kasihi yang malah berbalas memusuhi kita itu tadi mengambil uang Rp 1.000,- dari dompet kita? Apakah kita akan menganggap sepele saja? Tidak, bukan? Kesalahan kecil dari anak itu ternyata mampu membangkitkan marah yang besar dari kita. Padahal kalau yang mengambil uang itu adalah anak yang kita sayangi, biar pun uang yang diambil dari dompet itu lebih banyak jumlahnya, kita tidak terbesit marah padanya, bukan?.
Bagaimana dengan kita ini? Padahal Allah telah menjadikan kita termasuk orang-orang yang beriman, akankah kita malah banyak berbuat maksiat, banyak durhaka kepada Allah dengan meninggalkan perintah-perintah-Nya? Apakah kita tidak sama dengan anak kecil yang telah disayang dan dikasihi namun berbalik memusuhi orang yang menyayangi dan mengasihinya? Apakah kita tidak menghawatirkan dengan dosa-dosa kecil yang kita lakukan, yang dengan itu justru akan membuat murka Allah? Amankah kita dari murka-Nya? Kepada siapakah kita mau berlindung dari siksa-Nya kecuali dari-Nya? Simaklah hadits berikut ini ;
“.... janganlah kamu meremehkan dosa kecil, karena kamu tidak tahu dari dosa mana yang membuat kemurkaan Allah. Jangan merasa aman dari azab Allah ....”
“Hai anak Adam! Mati itu akan membuka rahasia-rahasiamu, kiamat akan membacakan catatan-catatan amalmu, kitab akan menjadi dokumentasi perbuatan-perbuatanmu. Kalau kamu melakukan dosa, maka jangan kamu lihat kecilnya dosa, tapi lihatlah kepada siapa kamu berbuat dosa”
ibarat buang angin saat bersama teman akrabnya, itu tidak akan menjadi masalah, tapi cobalah kalau buang itu terjadi saat menghadap presiden. Perkara yang sebenarnya tidak masalah itu akan berubah menjadi masalah besar karena dihadapan siapa-nya itu yang menentukan kecil tidaknya masalah.
Sadarlah bahwa sehari di akhirat itu sama dengan seribu tahun ukuran kita yang hidup di dunia ini. Katakanlah bila kita harus mampir hanya sehari saja di neraka, maka itu berarti kita tersiksa seribu tahun lamanya menurut hitungan kita di dunia ini. Padahal kita tidak sanggup menahan penderitaan kebakar api jari tangan kita barang semenit saja. Bagaiamana kita sanggup akan menahan selama seribu tahun dibakar di neraka yang lebih panas apinya? Bila kita harus memilih di antara dua pilihan, yaitu harus menahan tindakan dari maksiat atau harus menahan sakit dari siksa neraka, Mau pilih manakah kita?
Dosa itu sesungguhnya dari satu sisi adalah meretakkan jalinan hubungan baik antara kita dengan Allah. Hubungan antara kita dengan Allah itu pada tataran tertentu seperti antara majikan dengan budaknya juga bisa seperti antara kekasih dengan kekasihnya. Dosa itu ibarat tindakan penyelewengan budak kepada majikannya atau perselingkuhan kekasih terhadap kekasihnya. Tindakan penyelewengan itu akan membuat hubungan antara budak dengan majikannya menjadi retak atau sedikit longgar. Hal ini tentu akan merugikan budaknya itu sendiri.
Budak atau pembantu pada umumnya, apalagi kalau yang baik, itu akan merasa salah tingkah hanya dengan muka masam majikannya. Dia akan mengoreksi diri apa gerangan kesalahan yang ia perbuat? Untuk mengawali atau membuka pembicaraan kepada majikannya, apalagi pada saat muka majikannya sedang masam, ia akan memohon maaf, meskipun belum tentu ia bersalah. Cara mencairkan suasana memang pas kalau diawali dengan permohonan maaf. Bagaimana dengan kita yang, karena tempatnya salah dan lupa itu, tentu banyak dosa ini? Beristighfarlah saudaraku. Semoga segala dosa-dosa kita diampuni Allah. Dan Allah berkenan dengan kita sehingga menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang solih. Amien ya robbal ‘alamien.
Demikian semoga tulisan sederhana ini bermanfaat bagi kita semua. Amien
Salam Sukses Bahagia
By Nur Muhid


Ingin Umroh??? Ada kendala biaya???? Mau kerja  sampingan????
Silakan kontak 0852 258 5657

Label:


.. selengkapnya ..!